Hujan deras yang mengguyur Sidoarjo sejak Selasa (18/11/2025) lalu, membuat sejumlah wilayah kembali terendam. Genangan muncul hampir bersamaan di beberapa titik padat penduduk.
Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (DPUBM dan SDA) Sidoarjo Dwi Eko Saptono angkat bicara. Ia menjelaskan curah hujan kali ini berada pada kategori ekstrem, sehingga memicu limpasan air yang tak dapat tertampung optimal.
"Sejak kemarin hingga pagi ini, potensi hujan deras di wilayah Sidoarjo hingga ke utara sudah terdeteksi. Dan benar, sore hari hujan turun dengan intensitas panjang dan curah tinggi, mencapai lebih dari 125 mm," kata Dwi Eko saat ditemui detikJatim di Sidokare, Jumat (21/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, kemampuan sistem drainase Sidoarjo hanya dapat menampung curah hujan hingga sekitar 75 mm. Jika curah hujan berada di angka 75-100 mm, maka sudah masuk kategori ekstrem, sehingga potensi genangan tak terhindarkan.
"Ketika curah hujan di atas 125 mm, dipastikan debit air meningkat signifikan, ditambah kiriman air dari wilayah barat yang juga tinggi," tambahnya.
Dwi mengungkapkan, salah satu faktor yang memperparah genangan adalah menumpuknya sampah di saluran air. Tim DPUBM dan SDA pun telah turun ke lapangan sejak laporan kejadian pertama kali diterima Selasa malam.
"Kami melakukan pengangkatan sampah di saluran Apur Sidokare pukul 22.00 hingga 02.00 dini hari. Ada sembilan truk sampah, mayoritas sampah plastik dan sampah rumah tangga. Kami mohon warga tidak lagi membuang sampah ke sungai," tegasnya.
Tumpukan sampah membuat aliran air melambat dan pompa tidak dapat langsung beroperasi. "Pompa baru bisa kami operasikan menjelang subuh setelah kami pastikan level air di Sidokare dan permukiman sudah berbeda. Baru kemudian kami bisa menarik air dari Apur Sidokare," jelasnya.
Di Sidokare, setidaknya terdapat tiga pompa utama yang difungsikan untuk mempercepat surutnya genangan. "Di titik ini ada satu pompa, 500 meter ke timur ada satu lagi, dan di sekitar jembatan Sidokare juga ada pompa. Memang kawasan ini rawan genangan, sehingga pompa dipersiapkan secara khusus," kata Dwi.
Meski begitu, lanjut Dwi, genangan pada sejumlah titik di Sidokare, kawasan timur kota, hingga sebagian Kecamatan Candi sudah mulai berangsur surut. "Alhamdulillah di hilir timur tidak separah sebelumnya karena empat apur sudah kami bersihkan, termasuk anak-anak salurannya," ujarnya.
Dalam penanganan jangka panjang, Wakil Bupati Sidoarjo mengusulkan median jalan atau taman tengah di Sidokare dijadikan area non-stored untuk membantu kelancaran sistem pompa dan aliran air.
"Dari ujung median ke ujung timur terdapat rumah pompa. Bila nanti ditetapkan pembangunan non-storage, maka akan diintegrasikan langsung dengan rumah pompa Sidokare," jelas Dwi.
Ia memastikan DPUBM dan SDA akan terus melakukan pembersihan rutin saluran dan mengevaluasi kapasitas drainase agar kejadian serupa bisa diminimalkan.
"Yang terpenting, masyarakat ikut menjaga saluran dengan tidak membuang sampah sembarangan. Genangan bisa lebih cepat surut jika saluran bersih," pungkasnya.
Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo juga terus melakukan berbagai langkah mitigasi untuk mengurangi risiko banjir, yang kembali menggenangi sejumlah kawasan di Sidoarjo.
Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo Sabino Mariano menjelaskan upaya penanganan dilakukan secara terpadu, mulai dari normalisasi sungai hingga peningkatan kesiapsiagaan menghadapi musim hujan.
Sabino mengungkapkan, normalisasi sungai, khususnya sungai-sungai besar, telah dilakukan Dinas PU. Meski demikian, proses tersebut sempat menimbulkan efek berupa genangan sementara di beberapa titik.
"Memang beberapa sungai dinormalisasi PU. Dampaknya ada genangan, tapi tidak lama dan cepat surut. Kendalanya, di wilayah kota ini drainasenya kurang bagus. Banyak saluran yang dicor, sehingga pembersihan tidak maksimal," kata Sabino kepada detikJatim melalui telepon seluler.
Selain faktor teknis drainase, Sabino menegaskan permasalahan sampah masih menjadi penyumbang utama terhambatnya aliran air.
"Lingkungan dan sampah juga sangat berpengaruh. Harapannya, masyarakat bersama pemerintah harus bergerak bersama untuk mengurangi risiko bencana. Pengembang perumahan juga semestinya berkontribusi, terutama yang lingkungannya belum diserahkan ke Pemkab," tambahnya.
Sabino menjelaskan, secara geografis Sidoarjo berada di wilayah hilir, sehingga sangat bergantung pada kondisi hulu sungai dan pasang surut air laut. Meski begitu, ia menegaskan bahwa posisi hilir tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak siap.
"Kemarin hujan di hulu sangat tinggi, Sidoarjo juga tinggi, ditambah air laut pasang. Air dari utara tidak bisa mengalir mulus ke laut, ini salah satu penyebab genangan. Kesiapsiagaan menghadapi musim hujan harus menjadi tolok ukur. Kita berada di pesisir, harus siap menerima air dan menghadapi risikonya," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Sabino juga mengajak masyarakat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan masing-masing.
"Jangan panik. Cek saluran di sekitar rumah, mampet atau tidak. Ini bukan hanya tugas pemerintah. Masyarakat juga punya tanggung jawab moral untuk bersama-sama mengurangi risiko genangan," tegasnya.
BPBD Sidoarjo memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan banjir beberapa hari terakhir.
"Kami berterima kasih kepada TNI, Polri, Dinas PU, serta seluruh stakeholder yang bekerja sama dalam menangani situasi ini," ujar Sabino.
(irb/hil)











































