Apa Itu Awan Panas? Kenali Dampak dan Cara Mitigasi

Apa Itu Awan Panas? Kenali Dampak dan Cara Mitigasi

Mira Rachmalia - detikJatim
Kamis, 20 Nov 2025 13:15 WIB
Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas 5,5 Km
Awan panas Semeru saat eruspi, Rabu siang (19/11/2025). Foto: Istimewa
Surabaya -

Gunung Semeru mengalami erupsi dahsyat pada Rabu (19/11/2025), sehingga statusnya dinaikkan ke Level IV (Awas). Awan panas tercatat meluncur sejauh 13 kilometer, termasuk melewati Jembatan Perak, salah satu infrastruktur vital di jalur selatan yang menghubungkan Malang dan Lumajang.

Setelah diterjang awan panas guguran, jembatan itu dipenuhi debu vulkanik. Warga dilarang melintas karena permukaan jalan licin akibat campuran abu vulkanik dan air hujan, serta masih ada potensi awan panas dari bawah jembatan. Lalu, apa sebenarnya awan panas? Bagaimana dampak dan mitigasinya? Berikut penjelasannya.

Apa Itu Awan Panas?

Awan panas adalah istilah umum dari aliran piroklastik. Melansir situs National Geographic Education, aliran piroklastik merupakan aliran material padat berupa lava, abu vulkanik, dan gas panas yang bergerak cepat dan sangat padat. Aliran ini merupakan bagian dari tipe letusan gunung berapi tertentu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas 5,5 KmGunung Semeru Luncurkan Awan Panas 5,5 Km Foto: Istimewa

Aliran piroklastik bersuhu sangat tinggi dan mampu membakar apa pun yang dilaluinya. Kecepatannya dapat mencapai 200 meter (656 kaki) per detik. Aliran piroklastik dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme, antara lain sebagai berikut.

  • Ketika kolom abu, gas, dan lava yang dimuntahkan gunung berapi kehilangan momentum ke atas, lalu jatuh kembali ke permukaan.
  • Ketika material vulkanik yang keluar saat letusan langsung meluncur menuruni lereng gunung.
  • Ketika kubah lava atau aliran lava menjadi terlalu curam dan runtuh.

Biasanya, aliran piroklastik terbentuk dari dua komponen utama yang bergerak bersamaan, namun memiliki karakter berbeda. Di bagian bawah, aliran berisi lava pijar serta pecahan batu yang meluncur deras mengikuti kontur tanah. Material berat ini menyapu apa pun yang dilalui dengan suhu sangat tinggi dan kecepatan ekstrem.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, di bagian atasnya bergulung awan abu panas yang tebal, melayang mengikuti laju aliran di bawahnya. Awan inilah yang sering terlihat seperti kabut pekat namun membawa suhu mematikan dan mampu menjangkau area lebih luas seiring hembusan angin serta dorongan energi dari erupsi.

Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas 5,5 KmLuncuran Awan Panas Semeru Foto: Istimewa

Aliran piroklastik dapat mengubah bentang alam dalam waktu singkat. Selain menghancurkan seluruh materi hidup yang dilaluinya, aliran ini juga meninggalkan lapisan lava dan abu tebal.

Material piroklastik juga dapat menimbulkan dampak lanjutan yang berbahaya bagi wilayah sekitar gunung. Salah satunya adalah banjir, yang terjadi ketika endapan material erupsi menyumbat atau mengganggu aliran sungai sehingga air meluap ke permukiman.

Selain itu, material panas yang tercampur dengan air, es, ataupun hujan dapat berubah menjadi lahar, yakni aliran lumpur vulkanik yang bergerak cepat dan mampu menghanyutkan apa pun di jalurnya.

Sementara itu, menurut USGS, pyroclastic flows adalah campuran material berdensitas tinggi berupa bongkahan lava panas, batu apung, abu, dan gas vulkanik. Aliran ini bergerak sangat cepat menuruni lereng gunung, biasanya mengikuti lembah.

Aliran memiliki dua bagian utama, yaitu aliran basal berisi fragmen kasar yang bergerak di permukaan tanah, serta awan abu turbulen yang naik di atasnya. Abu dari awan ini dapat terbawa angin dan jatuh dalam area yang luas.

USGS menjelaskan bahwa aliran piroklastik bisa terjadi melalui beberapa mekanisme berbeda. Pertama, ketika kolom erupsi yang menjulang tinggi menjadi terlalu berat dan kehilangan tenaga untuk terus naik, kolom tersebut dapat runtuh dan menjatuhkan material panas ke lereng gunung.

Kedua, pada letusan tipe boiling over, material vulkanik langsung meluncur ke bawah tanpa sempat membentuk kolom erupsi tinggi, menghasilkan aliran cepat yang menyapu lereng.

Selain itu, aliran piroklastik juga dapat muncul akibat runtuhnya kubah lava atau aliran lava yang tidak stabil, biasanya karena kemiringan lereng dan tarikan gravitasi-sehingga massa material panas tersebut ambruk dan mengalir menuruni gunung.

Dampak Terkena Awan Panas

Menurut Britannica, pyroclastic flows menghancurkan hampir semua yang dilaluinya. Dengan pecahan batu berukuran abu hingga bongkahan besar yang bergerak lebih dari 80 km per jam, aliran ini mampu merobohkan, menghancurkan, atau menyeret bangunan, hutan, dan lahan.

Kondisi Jembatan Gladak Perak usai letusan Gunung SemeruKondisi Jembatan Gladak Perak usai letusan Gunung Semeru Foto: Tangkapan layar

Suhu ekstrem aliran piroklastik, antara 200°C hingga 700°C, dapat memicu kebakaran serta melelehkan es dan salju. Bahkan, aliran piroklastik kecil yang bergerak kurang dari lima kilometer dari kawah dapat merusak bangunan, lahan pertanian, dan hutan.

Di bagian tepinya, manusia atau hewan yang terkena dapat mengalami luka bakar serius hingga kematian akibat menghirup abu panas dan gas beracun. Material ini juga dapat membentuk lapisan sedimen setebal beberapa meter hingga lebih dari 200 meter, tergantung volume material yang terbawa.

Kondisi Jembatan Gladak Perak usai letusan Gunung SemeruKondisi Jembatan Gladak Perak usai letusan Gunung Semeru Foto: Tangkapan layar

Selain bahaya utama, aliran piroklastik juga memicu berbagai ancaman sekunder yang tak kalah destruktif. Dampak lanjutan ini sering muncul setelah material panas dan padat menyapu lereng gunung.

  • Lahar akibat mencairkan es atau mengikis lapisan tanah.
  • Banjir akibat terbentuknya bendungan alam dari material vulkanik.
  • Erosi besar-besaran saat hujan karena lapisan tanah baru yang rapuh dan tanpa vegetasi.

Yang Harus Dilakukan Saat Terjadi Awan Panas

Berhadapan dengan awan panas membutuhkan kewaspadaan tinggi dan tindakan cepat. Mengutip panduan resmi BPBD, terdapat sejumlah langkah mitigasi yang perlu dilakukan sebelum, saat, dan setelah erupsi gunung berapi agar keselamatan dapat terjaga dan risiko dapat diminimalkan.

1. Langkah Persiapan (Pra-erupsi)

  • Kenali wilayah tempat tinggal untuk mengetahui zona aman dan jalur evakuasi.
  • Buat rencana penanganan bencana bersama keluarga atau komunitas.
  • Siapkan lokasi pengungsian jika diperlukan.
  • Siapkan kebutuhan dasar/logistik darurat.

2. Langkah Saat Gunung Berapi Erupsi

  • Hindari daerah rawan seperti lereng gunung, lembah, dan jalur aliran lahar. Lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
  • Bersiap menghadapi kemungkinan erupsi susulan.
  • Kenakan pakaian pelindung seperti baju lengan panjang, celana panjang, dan topi.
  • Gunakan pelindung mata, misalnya kacamata renang.
  • Hindari penggunaan lensa kontak.
  • Gunakan masker atau kain untuk menutup hidung dan mulut.
  • Saat awan panas turun, tutupi wajah dengan kedua tangan.
  • Segera masuk ke tempat perlindungan seperti bunker, bangunan beratap kuat, atau goa.

3. Langkah Pasca Erupsi

  • Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.
  • Bersihkan area dari timbunan abu dengan aman.
  • Hindari berkendara di area berdebu karena dapat merusak mesin, rem, transmisi, dan sistem pengapian.
  • Ikuti informasi terbaru dari radio, televisi, atau instansi resmi terkait

Selalu waspada dan mendengarkan arahan petugas terkait menjadi kunci menghadapi krisis saat bencana. Semoga bermanfaat.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads