Gunung Semeru ditetapkan status IV (Awas) menyusul meningkatnya aktivitas vulkanik. Level tertinggi ini menandakan risiko serius berupa awan panas, guguran lava, aliran lahar, dan lontaran batu pijar yang dapat mengancam keselamatan masyarakat di sekitar gunung.
Masyarakat diimbau menjauhi zona berbahaya, khususnya sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru, serta mengikuti rekomendasi keselamatan resmi dari pihak berwenang. Langkah ini penting untuk meminimalkan risiko dan memastikan keselamatan warga di tengah situasi vulkanik yang masih dinamis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir Magma ESDM, Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah gunung api aktif terbanyak di dunia, yakni sekitar 127 gunung api. Total terdapat 76 gunung api Tipe A di Indonesia.
Dari total itu, hanya 69 gunung api aktif yang mendapat pemantauan intensif dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Dan, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api Tipe A di Indonesia.
Gunung api Tipe A yaitu kelompok gunung api yang memiliki catatan letusan sejak tahun 1600. Status ini menunjukkan Semeru memiliki riwayat aktivitas yang panjang dan harus selalu dipantau.
Status Terkini Gunung Semeru
Pukul sekitar 16.00 WIB, Gunung Semeru mengalami erupsi signifikan yang menghasilkan kolom abu mencapai sekitar 2.000 meter di atas puncak dan awan panas guguran yang meluncur hingga jarak 13 kilometer ke arah Besuk Kobokan dan Sungai Lengkong.
Akibat lonjakan aktivitas ini, status Gunung Semeru dinaikkan terlebih dahulu dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga), dan kemudian dinaikkan lagi ke Level IV (Awas) oleh Badan Geologi pada sekitar pukul 17.00 WIB.
Update terbaru erupsi Gunung Semeru hingga 20 November 2025 pukul 00.00-06.00 WIB, Gunung Semeru mencatat 25 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm dan durasi 71-141 detik.
Selain itu, terjadi 32 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-16 mm dan durasi 69-108 detik, serta 1 kali gempa hembusan dengan amplitudo 3 mm dan durasi 67 detik. Aktivitas seismik lainnya, tercatat 1 kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 30 mm, S-P 21 detik, dan durasi 77 detik.
Rekomendasi Status IV Awas Gunung Semeru
PVMBG mengeluarkan rekomendasi status IV (Awas) untuk Gunung Semeru, menyusul meningkatnya potensi bahaya vulkanik. Berikut sejumlah rekomendasi menghadapi status IV Awas Gunung Semeru.
- Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar.
- Tidak beraktivitas dalam radius 8 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
- Mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Situasi tetap dinamis dengan aktivitas vulkanik yang masih berlangsung. Disarankan bagi masyarakat dan instansi terkait untuk terus memantau update resmi dari PVMBG dan BPBD setempat.
Tingkatan Status Gunung Api
PVMBG menetapkan status gunung api berdasarkan tingkat aktivitasnya untuk menjaga keselamatan masyarakat. Dari status normal hingga awas, setiap tingkatan menandakan potensi bahaya yang berbeda. Berikut penjelasannya dirangkum dari laman Indonesia Baik.
1. Level I - Aktif Normal
Status ini menunjukkan gunung api dalam kondisi stabil. Dari hasil pengamatan visual, seismik, dan gejala vulkanik lainnya, tidak terlihat adanya perubahan signifikan.
Artinya, gunung api tidak menunjukkan tanda-tanda letusan dalam jangka waktu tertentu. Masyarakat di sekitar dianggap aman, namun pengawasan rutin tetap dilakukan untuk memastikan kondisi tetap normal.
2. Level II - Waspada
Pada level ini, aktivitas gunung api mulai meningkat. Terjadi perubahan visual di sekitar kawah dan peningkatan aktivitas seismik, menandakan adanya gangguan magmatik, tektonik, atau hidrotermal.
Meski erupsi belum diperkirakan terjadi dalam waktu dekat, status Waspada memberi sinyal kepada pihak terkait dan masyarakat agar lebih memperhatikan perkembangan kondisi gunung api dan bersiap menghadapi kemungkinan perubahan aktivitas.
3. Level III - Siaga
Status Siaga menunjukkan adanya peningkatan signifikan aktivitas gunung api. Pemantauan seismik dan gejala vulkanik lain menunjukkan perubahan yang jelas, baik secara visual maupun di kawah.
Analisis data observasi menandakan kemungkinan terjadinya letusan utama, biasanya dalam kurun waktu sekitar dua pekan, jika aktivitas terus meningkat. Masyarakat diminta menyiapkan langkah evakuasi dan menjaga jarak aman dari area berbahaya.
4. Level IV - Awas
Ini adalah status tertinggi yang menandakan potensi erupsi sangat tinggi. Terjadi letusan awal yang disertai semburan abu dan uap, menandai kemungkinan terjadinya erupsi besar dalam kurun waktu 24 jam.
Status Awas menjadi peringatan serius bagi seluruh masyarakat dan pihak berwenang untuk segera mengevakuasi warga dari zona bahaya dan mengambil langkah pengamanan yang diperlukan.
(hil/irb)












































