Setiap 25 November, Indonesia memusatkan perhatian pada para pendidik melalui peringatan Hari Guru Nasional (HGN). Momen ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi menjadi momen untuk refleksi, apresiasi, dan penegasan kembali arah kebijakan pendidikan.
Sejak masa pasca-proklamasi, peringatan ini melekat dengan perjalanan panjang organisasi guru dan perjuangannya memperluas akses pendidikan bagi seluruh rakyat.
Tanggal 25 November menjadi pengingat penting akan peran guru, bukan hanya sebagai pengajar di kelas, tetapi sebagai agen perubahan yang menumbuhkan karakter, moral, dan keterampilan hidup generasi muda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama bulan peringatan Hari Guru Nasional, pemerintah, organisasi profesi, hingga sekolah memanfaatkan momentum HGN untuk menampilkan apresiasi melalui penghargaan, kampanye, serta ragam kegiatan edukatif.
Akar sejarah HGN dapat ditelusuri dari dinamika organisasi guru sejak era kolonial, perubahan bentuk organisasi pasca-revolusi, hingga kiprah tokoh-tokoh pendidikan rakyat. Dari perjalanan panjang itulah muncul tekad untuk mengabadikan jasa guru dalam bentuk peringatan nasional.
Sejarah Hari Guru Nasional
Dilansir dari laman Kemenag NTT, gerakan organisasi guru di Indonesia telah dimulai sebelum kemerdekaan. Pada masa kolonial, hadir berbagai wadah guru, salah satunya Perserikatan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang menjadi fondasi awal konsolidasi profesi guru pribumi.
Organisasi tersebut menumbuhkan kesadaran kolektif mengenai pentingnya pendidikan lokal, serta perlunya suara bersama bagi para pendidik. Setelah proklamasi, momentum politik dan sosial turut memicu lahirnya kongres-kongres penting yang mempertegas posisi guru dalam pembangunan bangsa.
Dalam suasana revolusi, para guru akhirnya membentuk Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), tonggak utama yang kemudian menjadi dasar lahirnya Hari Guru Nasional. Pada Kongres Pertama PGRI, dirumuskan tiga tujuan utama sebagai berikut.
- Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.
- Meninggikan mutu pendidikan dan pengajaran berdasarkan asas kerakyatan.
- Membela hak serta nasib buruh pada umumnya, dan guru pada khususnya.
Atas rangkaian panjang perjuangan organisasi guru sejak era kolonial hingga terbentuknya PGRI sebagai wadah pemersatu pendidik, pemerintah menetapkan 25 November sebagai Hari Guru Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, sebagai bentuk penghargaan terhadap peran strategis guru.
Pun begitu, sejarah Hari Guru Nasional tidak hanya dipengaruhi perjalanan organisasi guru, tetapi juga oleh tokoh-tokoh yang memberi landasan kuat bagi arah pendidikan Indonesia. Salah satu sosok paling berpengaruh adalah Ki Hadjar Dewantara.
Dikutip dari laman resmi Kemdiktisaintek, salah satu warisan terpenting Ki Hadjar adalah konsep trilogi pendidikannya, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan).
Konsep ini menggambarkan peran pendidik secara menyeluruh-sebagai teladan, motivator, sekaligus pendukung-dan menjadi pijakan nilai kebangsaan yang menempatkan Ki Hadjar sebagai pelopor pendidikan yang dihormati tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.
Makna Hari Guru Nasional
Hari Guru Nasional bukan hanya momentum apresiasi, tetapi ruang refleksi untuk melihat kembali peran penting pendidik dalam membentuk karakter bangsa, meningkatkan mutu pendidikan, mendorong inovasi, hingga memperjuangkan pemerataan akses belajar bagi seluruh anak Indonesia.
1. Menghargai Peran Guru
Guru memiliki peran strategis bukan hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi sebagai pembentuk karakter, moral, dan arah masa depan peserta didik. HGN menjadi penegasan untuk terus menghormati dan mengapresiasi jasa mereka dalam kehidupan berbangsa.
2. Pendorong Peningkatan Mutu Pendidikan
Peringatan ini juga menjadi momen bagi pemerintah dan masyarakat untuk meninjau kembali kualitas pendidikan nasional, mulai dari kesejahteraan guru hingga peningkatan kualitas proses belajar mengajar di sekolah.
3. Motivasi bagi Guru untuk Terus Berkarya
HGN memberi dorongan moral bagi para pendidik agar terus mengembangkan kompetensi, berinovasi dalam metode pengajaran, dan memberikan pengalaman belajar terbaik bagi murid-murid mereka.
4. Mendorong Pendidikan Inklusif dan Berkualitas
Dalam cakupan lebih luas, HGN menjadi ajang kampanye penting untuk pemerataan pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan dapat diakses oleh seluruh anak Indonesia, termasuk mereka yang tinggal di wilayah terpencil atau 3T.
Perayaan Hari Guru dari Upacara Sekolah hingga Penghargaan Tingkat Nasional
Di sekolah-sekolah, peringatan HGN biasanya diawali upacara bendera, pemberian penghargaan sederhana, serta ekspresi terima kasih dari murid. Praktik semacam ini mempertahankan kedekatan emosional antara guru dan murid, sekaligus menumbuhkan budaya saling menghargai.
Pada level nasional, peringatan berkembang menjadi rangkaian kegiatan sepanjang bulan. Dilansir dari laman resmi Kemendikdasmen, pemerintah merilis panduan aktivitas Bulan Guru Nasional, menggelar kampanye digital #TerimaKasihGuruku.
Bahkan, pemerintah juga mengadakan acara puncak berupa pemberian Anugerah dan Apresiasi GTK bagi guru berprestasi. Dalam beberapa tahun terakhir, bentuk penghargaan semakin terstruktur dengan menonjolkan praktik terbaik dan dampak nyata bagi murid.
Hari Guru Nasional adalah refleksi perjalanan panjang dunia pendidikan, mulai pembentukan organisasi guru, pemikiran Ki Hadjar Dewantara, hingga perayaan yang mengakui dedikasi pendidik. Peringatan ini mengingatkan bahwa membangun bangsa selalu berawal dari ruang kelas dan guru yang sabar menyalakan pelita ilmu.
Artikel ini ditulis oleh Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(hil/irb)












































