Stunting Turun Jadi 1,16%, Pemkot Mojokerto Dapat Insentif Fiskal Rp 6 M

Stunting Turun Jadi 1,16%, Pemkot Mojokerto Dapat Insentif Fiskal Rp 6 M

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 13 Nov 2025 20:19 WIB
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari.
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari. (Foto: Istimewa/dok Diskominfo Kota Mojokerto)
Kota Mojokerto -

Keberhasilan Pemkot Mojokerto menurunkan prevalensi balita stunting dari 9,04% menjadi 1,16% berbuah manis. Mereka diganjar insentif fiskal Rp 6 miliar oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), prevalensi stunting di Kota Mojokerto tinggal 1,16% pada September 2025. Jumlah balita stunting berhasil ditekan dari tahun ke tahun.

Prevalensi stunting di Kota Mojokerto turun bertahap dari 9,04% pada 2019, 7,71% pada 2020, 4,84% pada 2021, 3,12% pada 2022, 2,04% pada 2023, 1,54% pada 2024, menjadi 1,16% hingga September 2025.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penurunan yang sangat signifikan ini menjadi bukti nyata bahwa berbagai program intervensi yang kami lakukan berjalan efektif dan tepat sasaran," kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari (Ning Ita), Kamis (13/11/2025).

Keberhasilan ini diapresiasi oleh Kemenkeu dengan pemberian insentif fiskal sebesar Rp 6 miliar. Sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan nomor 330/2025. Menurut Ning Ita, prestasi ini buah sinergi dari semua pihak.

ADVERTISEMENT

"Insentif fiskal ini akan kami manfaatkan sebaik mungkin untuk memperkuat program penanganan stunting agar Kota Mojokerto benar-benar bebas dari stunting," jelasnya.

Selama ini, Pemkot Mojokerto menjalankan program untuk menurunkan prevalensi stunting. Mulai dari penguatan intervensi gizi spesifik dan sensitif, edukasi berkelanjutan kepada ibu hamil, keluarga balita dan calon pengantin, aplikasi untuk memantau tumbuh kembang balita, hingga bantuan pangan berkala untuk keluarga berisiko stunting.

Beberapa inovasi juga telah dibuat. Yaitu aplikasi Cegah Stunting Gerak Unggul Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto (Canting Gula Mojo) dan Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT).

Pemkot Mojokerto juga menggandeng PKK, kader posyandu, serta kader motivator untuk mendampingi keluarga berisiko stunting. Bahkan, Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) juga digalakkan agar orang tua memahami pola asuh dan metode pemenuhan gizi anak.

"Capaian ini merupakan buah kerja keras dan sinergi seluruh pihak dalam menurunkan angka stunting di Kota Mojokerto. Kami tidak hanya fokus pada penanganan, tapi juga pencegahan dari hulu ke hilir," tandasnya.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads