Video pernikahan Mas Andre dan Mbak Evi yang diunggah akun Instagram @erwinsiddharta_mc viral di media sosial. Video yang telah ditonton lebih dari 3 juta kali itu menyimpan kisah haru di baliknya.
Pernikahan yang digelar pada 15 Oktober 2025 di Kunjang, Kediri, hanya bertahan selama 13 hari. Sang mempelai pria, Mas Andre, meninggal dunia pada 27 Oktober 2025 setelah berjuang melawan penyakit tuberkulosis (TB) jantung yang dideritanya.
Akad pernikahan itu menjadi bukti ketulusan dan tekad kuat Mas Andre untuk menepati janjinya kepada sang kekasih, meski dalam kondisi sakit. Keluarga sempat menyarankan agar Mas Andre fokus pada pemulihan kesehatan, namun ia tetap bersikeras melangsungkan pernikahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluarga pun akhirnya menuruti keinginan tersebut dengan harapan acara pernikahan bisa menjadi penguat semangat hidupnya. Prosesi berlangsung haru, diselimuti isak tangis dari keluarga dan para tamu undangan.
Menurut Erwin Susanto, sang MC yang memandu acara, prosesi akad nikah dipercepat dan dibuat sesingkat mungkin demi menjaga kondisi pengantin pria. Selama acara, keluarga juga menyiapkan tenaga medis untuk berjaga-jaga.
"Untuk acara yang diikuti pengantin pria hanya akad, berlangsung kurang lebih 30 menit, lalu temu pengantin sekitar 30 menit. Tidak ada sesi foto karena pengantin langsung diistirahatkan kembali," ujar Erwin kepada detikJatim, Minggu (9/11/2025).
"Karena keduanya tenaga kesehatan, banyak sahabat dokter yang turut bersiaga sewaktu akad berlangsung," tambahnya.
Erwin mengenang suasana pernikahan yang campur aduk antara haru dan bahagia. Meski berat, ia dan tim berusaha menjalankan tugas secara profesional.
"Saya secara pribadi menahan haru. Namun tetap harus profesional. Keluarga sudah me-warning agar acara berlangsung cepat, jadi kami jalankan dengan ringkas," ujarnya.
Awalnya, Mas Andre hanya mengalami batuk biasa. Namun pada 1 September, ia mulai menjalani perawatan di rumah sakit. Evi setia menemani selama masa pengobatan hingga dokter mendiagnosisnya mengidap TB jantung.
Pada 10 Oktober, Mas Andre dirujuk ke rumah sakit di Surabaya. Dokter menyarankan pemasangan selang untuk mengeluarkan cairan di jantung, tetapi ia menunda tindakan itu hingga akad selesai. Prosedur akhirnya dijadwalkan pada 17 Oktober 2025.
Pada 25 Oktober, Mas Andre mengalami sesak napas dan batuk darah. Kondisinya sempat membaik keesokan harinya, bahkan ia sempat meminta pelukan dari kakaknya, Reni. Namun tak lama kemudian, kondisinya kembali memburuk dan tim medis melakukan tindakan CPR.
Dalam situasi penuh duka itu, Reni dan Evi tetap berusaha menenangkan hati. Hingga akhirnya, Mas Andre menghembuskan napas terakhirnya setelah perjuangan panjang melawan sakit
(ihc/abq)












































