Hari Jadi ke-495 Pamekasan: Menapak Sejarah, Menuju Lima Abad Kejayaan

Hari Jadi ke-495 Pamekasan: Menapak Sejarah, Menuju Lima Abad Kejayaan

Fadya Majida Az-Zahra - detikJatim
Senin, 03 Nov 2025 02:00 WIB
Hari Jadi ke-495 Pamekasan: Menapak Sejarah, Menuju Lima Abad Kejayaan
HARI JADI KABUPATEN PAMEKASAN. Foto: Gavriel Rama Evantya/detikJatim
Pamekasan -

Hari jadi kabupaten menjadi momentum penting untuk mengenang sejarah lahirnya sebuah daerah, sekaligus memperkuat semangat kebersamaan masyarakatnya. Pada 3 November 2025, Kabupaten Pamekasan, salah satu wilayah di Jawa Timur, merayakan hari jadi ke-495 tahun.

Pamekasan sebagai Bumi Gerbang Salam memiliki akar sejarah yang sangat panjang, dari pengukuhan Pangeran Ronggosukowati sebagai raja pada 1530 Masehi. Perayaan hari jadi setiap tanggal 3 November menjadi cerminan semangat daerah dalam menjaga tradisi sekaligus menghadapi tantangan zaman.

Sejak ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2004, peringatan hari jadi Pamekasan terus bertransformasi dengan mengusung tema-tema yang relevan terhadap dinamika sosial, ekonomi, dan politik daerah. Setiap tema mencerminkan capaian pembangunan sekaligus harapan baru yang ingin diwujudkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk memahami bagaimana identitas Pamekasan terbentuk dan berkembang, penting menelusuri kembali perjalanan peringatan hari jadi Pamekasan dari tahun ke tahun. Berikut kilas balik mengenai tema, fokus pembangunan, dan makna historis di balik setiap perayaan hari jadi Pamekasan.

Sejarah Kabupaten Pamekasan

Sejarah Kabupaten Pamekasan tidak dapat dipisahkan dari sejarah Pulau Madura secara keseluruhan, yang memiliki keterkaitan erat dengan Kerajaan Majapahit dan perkembangan agama Islam.

ADVERTISEMENT

Meskipun sumber historisnya beragam, nama Pamekasan diduga berasal dari kata pamekas atau amek asan dalam bahasa Madura, yang secara harfiah berarti "tempat mengumpulkan" atau "tempat berkumpulnya orang."

Penamaan ini diperkirakan berkaitan dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan yang ramai sejak dahulu kala. Sebelum periode Islam, wilayah yang kini menjadi Pamekasan diperkirakan telah memiliki struktur kepemimpinan lokal.

Menurut Babad Madura, tokoh penting awal yang berkuasa di wilayah Madura Barat-termasuk Pamekasan-adalah Adipati Arya Manyar (juga dikenal sebagai Arya Adikara I). Pada masa itu, wilayah ini masih berada di bawah pengaruh Majapahit, dan para pemimpin lokal diangkat sebagai wakil raja Majapahit.

Titik balik penting dalam sejarah Pamekasan terjadi pada abad ke-16, seiring masuk dan berkembangnya agama Islam di wilayah tersebut. Tokoh sentral pada masa ini adalah Pangeran Ronggosukowati atau Pangeran Palakaran.

Pangeran Ronggosukowati merupakan keturunan raja-raja Islam di Madura, dan diyakini sebagai pemimpin pertama di Pamekasan, yang secara resmi memeluk agama Islam. Pengukuhannya sebagai penguasa wilayah Pamekasan menjadi tonggak sejarah penting.

Tanggal pengukuhan Pangeran Ronggosukowati sebagai penguasa, yakni 12 Rabiul Awwal 937 Hijriah atau bertepatan dengan 3 November 1530 Masehi, kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Pamekasan.

Setelah masa kepemimpinan Pangeran Ronggosukowati, kekuasaan di Pamekasan diteruskan keturunannya, menandai berdirinya sebuah kerajaan Islam di wilayah tersebut. Pada masa kolonial Belanda (VOC hingga Hindia Belanda), struktur pemerintahan kerajaan Madura-termasuk Pamekasan-mengalami perubahan signifikan.

Pamekasan diubah statusnya menjadi regentschap (kabupaten) dan dipimpin bupati di bawah pengawasan langsung administrasi kolonial. Meskipun berada di bawah tekanan kolonial, identitas budaya dan semangat keagamaan terjaga. Pada periode ini, Pamekasan dikenal sebagai penghasil komoditas penting, terutama tembakau.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Pamekasan secara resmi diakui sebagai salah satu kabupaten dalam struktur pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadi bagian dari Provinsi Jawa Timur.

Pada masa modern, Pemkab Pamekasan melalui Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2004 secara resmi menetapkan 3 November sebagai hari jadi Pamekasan. Penetapan ini bertujuan memberikan landasan historis yang kuat, serta menjadi momentum merayakan capaian pembangunan dan merancang masa depan daerah.

Hari jadi ke-495 pada tahun 2025 menjadi penanda bahwa Kabupaten Pamekasan kini memasuki periode penting, bersiap menuju usia ke-500 tahun (lima abad), dengan fokus pada pemerataan pembangunan, inovasi, serta pelestarian budaya Madura.

Makna Lambang Kabupaten Pamekasan

Lambang atau logo Kabupaten Pamekasan adalah representasi visual dari cita-cita, identitas, dan potensi daerah. Secara umum, lambang tersebut terdiri dari beberapa elemen utama yang sarat makna. Berikut lambang Kabupaten Pamekasan.

  • Bentuk Perisai: Melambangkan pertahanan dan perlindungan terhadap keutuhan wilayah serta masyarakat Pamekasan yang dikenal religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai kepahlawanan.
  • Warna Hijau dan Kuning/Emas: Warna hijau sering melambangkan kesuburan dan kesejahteraan (seperti tanah yang subur), sedangkan warna kuning atau emas melambangkan kejayaan dan kemuliaan.
  • Ayam Jantan: Menggambarkan keberanian, kejantanan, dan semangat pantang menyerah khas masyarakat Madura.
  • Batik Tulis: Melambangkan salah satu warisan budaya dan produk unggulan daerah, menunjukkan identitas Pamekasan sebagai Kota Batik.
  • Api, Air, dan Daun Tembakau: Elemen ini sering muncul dalam logo Hari Jadi, dengan tembakau melambangkan komoditas pertanian utama yang menjadi tulang punggung perekonomian rakyat.

Lambang Kabupaten Pamekasan tidak hanya menggambarkan identitas dan sejarah daerah, tetapi mencerminkan semangat masyarakatnya yang menatap masa depan dengan penuh keyakinan dan harapan.

Nilai optimisme di sini menunjukkan tekad untuk terus maju dan berkembang, sedangkan ungkapan "berpegang teguh pada adat dan agama" menegaskan kemajuan tersebut tetap berlandaskan nilai-nilai budaya lokal dan ajaran keagamaan yang menjadi pedoman hidup masyarakat Pamekasan.

Tema dan Logo Hari Jadi Kabupaten Pamekasan 2025

Dikutip dari laman Instagram @enjoypamekasan, dalam peringatan hari jadi ke-495 tahun, Pemkab Pamekasan menetapkan tema yang berorientasi pada kemajuan daerah dan pemberdayaan masyarakat, yaitu "Pamekasan Maju dan Kreatif".

Tema ini diusung untuk mendorong seluruh elemen masyarakat dan pemerintah daerah agar terus berinovasi, memanfaatkan kreativitas lokal sebagai motor penggerak ekonomi, dan menjadikan Pamekasan daerah yang kompetitif di tingkat regional.

Sementara itu, logo peringatan hari jadi ke-495 Pamekasan sering kali didesain secara khusus setiap tahunnya. Logo hari jadi ke-495 Pamekasan 2025 memvisualisasikan tema tersebut melalui perpaduan simbol-simbol berikut.

  • Angka 495 yang Dinamis: Menggambarkan usia Pamekasan yang matang namun tetap memiliki semangat untuk bertransformasi.
  • Elemen Api: Merupakan simbol Lancor dan Api Tak Kunjung Pdam dalam semangat, keberanian dan energi yang membara. Ini menunjukkan bahwa semangat untuk maju dan berkembang tidak pernah padam, sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Pamekasan yang terus diperbarui.
  • Elemen Daun Tembakau: Representasi dari ahsil pertanian masyarakat pamekasan, yang memiliki lahan pertanian untuk menanam padi, tembakau dan sayur mayur sehingga dengan hasil tersebut masyarakat Pamekasan bisa mandiri dan terpenuhi kebutuhan pangannya.
  • Elemen Air: Gelombang air di sisi kanan bawah logo melambangkan kemakmuran, ketenagan, dan kesuburan.
  • Ikon Khas Pamekasan: Berupa ilustrasi Batik Tulis atau Monumen Arek Lancor, yang menjadi penanda identitas yang tidak terpisahkan dari semangat kemajuan.

Tema dan logo ini secara kolektif menjadi payung semangat bagi seluruh rangkaian kegiatan yang digelar sepanjang bulan peringatan, mulai dari festival budaya hingga program akselerasi pembangunan.

Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(irb/hil)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads