Penanganan Lamban, Tulungagung-Trenggalek Via Pagerwojo Masih Lumpuh

Penanganan Lamban, Tulungagung-Trenggalek Via Pagerwojo Masih Lumpuh

Adhar Muttaqin - detikJatim
Sabtu, 01 Nov 2025 11:00 WIB
Longsor di jalur Trenggalek-Tulungagung
Longsor di jalur Trenggalek-Tulungagung/Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim
Tulungagung -

Upaya penanganan bencana tanah longsor di jalur Tulungagung-Trenggalek via Pagerwojo, berlangsung lamban. 17,5 jam timbunan material longsor belum tertangani.

Dari pantauan detikJatim hingga pukul 09.30 WIB di titik longsor Desa Kradinan, Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung belum dilakukan upaya pembersihan. Timbunan material longsor sepanjang 100 meter dengan ketebalan antara 50 sentimeter hingga 2 meter menutup total akses utama Pagerwojo-Bendungan, Trenggalek.

Camat Pagerwojo Setiono mengatakan, lambannya penanganan material longsor tersebut diakibatkan oleh banyaknya timbunan material sehingga tidak mungkin dilakukan pembersihan dengan peralatan manual. Proses pembersihan harus menggunakan alat berat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kendalanya di alat berat, kami belum bisa memastikan jam berapa akan tiba. Tapi sesuai instruksi Bapak Bupati hari ini akan didatangkan ke lokasi," kata Setiono, Sabtu (1/11/2025).

ADVERTISEMENT

Pemerintah daerah bersama instansi terkait akan berupa semaksimal mungkin untuk membersihkan material tanah bercampur bebatuan tersebut. Harapannya hari ini akses antarkabupaten ini bisa kembali dibuka.

Kejadian bencana tanah longsor di Desa Kradinan, Kecamatan Pagerwojo tersebut telah terjadi tiga kali dalam setahun terakhir. Kejadian terbesar terjadi pada Agustus lalu dan menghancurkan sebagian bangunan SDN 2 Kradinan. Longsor kedua pada Kamis (30/11/2025) dan terakhir pada Jumat (31/11/2025) sekitar pukul 16.00 WIB.

Camat menjelaskan, lereng perbukitan di sekitar lokasi kejadian cukup rawan longsor. Bahkan, pada titik longsor ini terdapat material yang berpotensi memicu terjadinya longsor susulan.

"Tanahnya di sini gembur, sehingga butuh penanganan lanjutan. Ini ke depan akan dimitigasi untuk upaya penanggulangan. Mungkin akan dilakukan penguatan," jelasnya.

Diakui kawasan lereng perbukitan tersebut merupakan tanah kas desa dan minim tegakan. Bahkan hanya ditanami jagung. Kondisi tersebut membuat struktur tanah menjadi labil dan rawan longsor.

"Kami rasa untuk upaya penguatan lereng akan lebih mudah karena ini lahan kas desa. Kalaupun harus dijadikan hutan desa akan lebih mudah," imbuhnya.

Camat mengaku untuk sementara akses warga dialihkan melalui jalur alternatif yang ada di sekitar lokasi kejadian.

Sementara itu, salah seorang warga Warsidin mengaku sebelum terjadi longsor susulan, warga bernama sejumlah instansi telah melakukan upaya pembersihan, sehingga jalur berhasil dibuka. Namun beberapa saat setelahnya terjadi longsor susulan yang lebih besar.

"Kemarin itu sudah dibuka, sore longsor lagi," kata Warsidin.

Akibat tanah longsor ini aktivitas perekonomian warga menjadi terganggu. Akses transportasi pengangkutan susu dari peternakan warga tidak bisa dilakukan dengan cepat.

"Karena jalur alternatifnya sempit, jadi mobil besar nggak bisa masuk. Terpaksa untuk pengangkutan susu dilangsir dengan kendaraan yang lebih kecil," ujarnya.

Pihaknya berharap jalur utama tersebut bisa segera dibersihkan dan difungsikan kembali untuk akses warga.




(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads