Bahaya Konsumsi Air Minum dari Sumur Bor Menurut Pakar UM Surabaya

Bahaya Konsumsi Air Minum dari Sumur Bor Menurut Pakar UM Surabaya

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 29 Okt 2025 14:30 WIB
Ilustrasi minum air mineral
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/Yurii Yarema)
Surabaya -

Polemik Pabrik Air Mineral Aqua mengolah air minum dari air di sumur bor imbas video viral Gubernur Jabar Dedi Mulyadi saat sidak mengundang pertanyaan dan asumsi publik. Pertanyaannya, perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) itu apakah menggunakan air tanah, air sumur, atau akuifer?

Terlepas dari itu, Dosen Teknologi Laboratorium Medis Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Vella Rohmayani menjelaskan tentang konsumsi air sumur dari sisi kesehatan. Dia meminta masyarakat perlu memahami siklus air, jenis air tanah, serta standar baku mutu air minum yang ditetapkan pemerintah.

"Ketersediaan air, baik dari permukaan maupun bawah tanah, merupakan bagian dari siklus hidrologi alami. Air hujan yang turun akan meresap ke dalam tanah dan sebagian tersimpan di lapisan bumi, membentuk sumber air tanah atau akuifer," kata Vella, Selasa (28/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, air tanah tidak identik dengan air sumur dangkal. Sebagaimana klarifikasi Danone Indonesia selaku produsen Aqua dalam keterangan tertulis resmi, sumber air yang dipakai berasal dari akuifer dalam (deep aquifer) dengan kedalaman sekitar 60-140 meter di kawasan pegunungan.

Berdasarkan ilmu hidrologi, akuifer adalah lapisan pembawa air di bawah permukaan bumi. Akuifer dalam terlindungi secara alami oleh lapisan batuan kedap air di atasnya dan karena itu air di lapisan ini cenderung lebih murni dan bebas kontaminasi aktivitas manusia di permukaan.

ADVERTISEMENT

Sebaliknya, air sumur dangkal bersumber dari lapisan air yang lebih dekat ke permukaan, lebih rentan tercemar limbah rumah tangga, septic tank, sampah, maupun aktivitas industri dan pertanian.

"Mengkonsumsi air sumur yang tidak diolah dengan baik memang berpotensi berbahaya bagi kesehatan. Air tersebut bisa terkontaminasi bakteri seperti E coli atau logam berat, tergantung kondisi lingkungan sekitar," ujarnya.

Ia menjelaskan, air yang aman dikonsumsi harus memenuhi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi sesuai baku mutu pemerintah. Secara fisik, air layak minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

Secara kimia, air harus memiliki pH seimbang serta kadar logam berat di bawah ambang batas. Sementara dari sisi mikrobiologi, air wajib bebas dari bakteri koliform dan bakteri Ecoli yang menjadi indikator kontaminasi, serta tidak mengandung mikroba patogen seperti Salmonella atau Cryptosporidium.

"Aqua sebagai produk air minum dalam kemasan (AMDK) wajib memenuhi semua parameter tersebut. Apalagi sumber air mereka berasal dari akuifer dalam yang terlindungi secara alami, sehingga risiko kontaminasi permukaan sangat kecil," jelasnya.

Vella mengimbau masyarakat tidak perlu panik terhadap isu yang belum jelas. Yang paling penting adalah memastikan air yang dikonsumsi berasal dari sumber terpercaya, telah diuji sesuai standar, dan mendapat izin edar dari lembaga resmi seperti BPOM.

"Dengan standar pengawasan yang ketat serta proses produksi berbasis ilmiah, sumber air dari akuifer dalam justru merupakan salah satu sumber air tanah terbaik dan teraman untuk diolah menjadi air minum kemasan," pungkasnya.




(dpe/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads