Inovasi Mahasiswa Unair Deteksi Gas Berbahaya di Kawasan Industri

Inovasi Mahasiswa Unair Deteksi Gas Berbahaya di Kawasan Industri

Aprilia Devi - detikJatim
Senin, 27 Okt 2025 14:30 WIB
Eka dan inovasi air monitoring system (AIRMON).
Inovasi air monitoring system (AIRMON)/Foto: Istimewa
Surabaya -

Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) menggagas inovasi ramah lingkungan berupa alat pemantau gas polutan berbasis Internet of Things (IoT) yang diklaim bisa membantu masyarakat mengantisipasi bahaya udara tercemar. Inovasi itu lahir dari Eka Rachma Aprilidanti.

Eka merupakan mahasiswa Fakultas Vokasi Program Studi Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol (TRIK). Inovasinya ia beri nama Air Monitoring System atau AIRMON.

Ia menceritakan ide pengembangan AIRMON berawal dari keprihatinanya terhadap meningkatnya kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) di Jawa Timur yang menembus angka sekitar 130 ribu kasus pada 2023. Dari situ, ia berupaya mencari solusi agar masyarakat, terutama di kawasan industri bisa lebih waspada terhadap kualitas udara di sekitar mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eka dan inovasi air monitoring system (AIRMON).Eka dan inovasi air monitoring system (AIRMON). Foto: Istimewa

"Teknologi ini saya rancang bukan hanya untuk mendeteksi. Tapi juga sebagai langkah mitigasi awal agar masyarakat lebih waspada terhadap bahaya polusi udara," ujar Eka, Senin (27/10/2025).

ADVERTISEMENT

AIRMON mampu membaca enam jenis gas berbahaya secara real time, mulai dari karbon monoksida, amonia, nitrogen dioksida, metana, etanol, hingga hidrogen. Semua hasil deteksi tersambung dengan platform digital yang sudah dilengkapi sistem early warning alarm.

"Melalui platform digital yang terintegrasi dengan sistem early warning alarm, AIRMON ini nantinya akan mengirimkan peringatan dini ketika kadar gas berbahaya melebihi batas aman," jelasnya.

Tak hanya canggih, inovasi Eka juga sudah mengantongi deretan prestasi. Ia tercatat mengoleksi lebih dari 30 penghargaan tingkat nasional dan internasional, serta memegang tiga hak cipta dan satu paten yang kini dalam proses pendaftaran.

Eka berharap AIRMON bisa diterapkan secara luas, terutama di kawasan Gerbangkertosusila yang meliputi Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan, sebab disebut memiliki tingkat polusi tinggi namun belum seluruhnya terpantau oleh stasiun ISPU.

Berkat prestasi dan inovasinya, Eka tengah mengikuti serangkaian pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional (Pilmapres) 2025 di Universitas Diponegoro bersama dengan mahasiswa berprestasi lainnya dari berbagai universitas di Indonesia.

"Ke depan, saya sangat berharap AIRMON bisa mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Dukungan itu penting, terutama dalam hal legalitas, uji standar nasional (SNI), dan perluasan implementasinya di lapangan agar alat ini benar-benar bisa dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat," pungkas Eka.




(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads