Semburan air disertai gelembung berbau gas di aliran sungai Kebon Agung, Rungkut, Surabaya membuat warga heboh. Untuk memastikan penyebabnya, pakar geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Amien Widodo turun langsung melakukan pengecekan di lokasi, Jumat (17/10/2025) siang.
Amien menyebut, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di beberapa tempat di Surabaya, di Kota Pahlawan ini memang ada bekas lapangan migas Belanda tahun 1888 dan baru berhenti tahun 1937.
"Di sini banyak pipa Belanda, dan yang punya ESDM. Salah satu titik itu yang menyebabkan dia (gas) keluar lagi. Kalau secara geologi itu puncak antiklin, di bawah bentuknya melengkung terdiri dari minyak, gas, air, lumpur," kata Amien di lokasi semburan air berbau gas, Jumat (17/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini karena berlubang gasnya keluar. Itu prosesnya," tambahnya.
Menurutnya, semburan air berbau gas itu tidak berbahaya. Seperti halnya yang pernah terjadi di kawasan Kutisari, semburan air muncul disebabkan oleh tekanan dari deposit migas bawah tanah peninggalan zaman kolonial Belanda.
Tim ITS pun meminta BPBD dan DLH Surabaya untuk melakukan pengujian. Sedangkan timnya melakukan deteksi menggunakan georadar.
"Mungkin ada pipa gas yang sudah kita deteksei di kiri kanan. Deteksi pakai Georadar, deteksi magnetis di bawah kedalaman sampai sekitar 10 meter," pungkasnya.
Sebelumnya, Division Head Regional Support and Service PGN SOR III, Muhammad Rais Effendi, mengatakan semburan air dan gelembung itu muncul sejak Kamis (16/10), pukul 14.00 WIB. Pihaknya sudah terjun ke lokasi untuk memastikan sumber gelembung.
"Benar adanya ada gelembung di sungai Rungkut Madya Utara. Kami sudah menerjunkan tim sejak jam dua siang untuk melakukan pemeriksaan lapangan," kata Rais.
Rais mengatakan, pada pemeriksaan awal, tidak ada indikasi gelembung itu muncul karena kebocoran jaringan pipa PGN. Penyaluran gas ke pelanggan sekitar lokasi masih aman.
"Kami periksa, tidak ada kendala, tidak ada gangguan, tidak ada penurunan tekanan dari instalasi pipa kami di sekitar lokasi. Kami pastikan pelanggan tidak terganggu penyalurannya," ujarnya.
Berdasarkan hasil pengukuran sementara, PGN mendeteksi gelembung itu mengandung gas metana. Namun, Rais belum bisa memastikan gas tersebut dari pipa PGN atau sumber lainnya.
"Berdasarkan alat ukur yang kami bawa di lokasi, menunjukkan bahwa itu mengandung metan, gas bumi. Tapi kami pastikan dulu apakah itu dari pipa atau ada sumber lain yang mengeluarkan gas metan," jelasnya.
Menurutnya, semburan ini bisa disebabkan beberapa faktor. Mulai dari sumber alami maupun sistem pipa bawah tanah.
"Kemungkinannya banyak, bisa dari faktor alami, gas alam dari sumber alaminya, atau gas dari saluran pipa. Tapi sampai saat ini kami masih memeriksa semua jaringan pipa di sekitar dan memonitor tekanan di alat ukur," pungkasnya.
(auh/hil)











































