Penjelasan BMKG Kenapa Surabaya Panas Pol

Penjelasan BMKG Kenapa Surabaya Panas Pol

Muhammad Faishal Haq - detikJatim
Kamis, 16 Okt 2025 09:15 WIB
Cuaca Surabaya
Ilustrasi Surabaya panas (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Beberapa hari terakhir, warga Jawa Timur, khususnya Surabaya, mengeluhkan teriknya cuaca yang terasa menyengat bahkan sejak pagi. Begini penjelasan BMKG.

Suhu yang meningkat tajam ini rupanya bukan tanpa sebab. BMKG Juanda menjelaskan, panas ekstrem tersebut terjadi karena posisi matahari sedang tepat berada di atas wilayah Jawa Timur, atau dikenal dengan fenomena kulminasi utama.

Prakirawan BMKG Juanda Thariq Harun Al Rasyiid menjelaskan, cuaca panas yang dirasakan warga Jawa Timur belakangan ini disebabkan posisi matahari yang sedang berada tepat di atas wilayah Jawa Timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi ini membuat intensitas penyinaran matahari dan radiasi ultraviolet meningkat, sehingga udara terasa lebih gerah dari biasanya. Kulminasi sendiri adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit.

ADVERTISEMENT

Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat menghilang, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Hal tersebut yang menjadikan kulminasi utama disebut sebagai hari tanpa bayangan.

"Gerak semu harian Matahari itu dari 23,5Β° lintang utara sampai 23,5Β° lintang selatan. Kebetulan saat ini memang Matahari lintangnya tepat di atas Jatim. Kalau Surabaya itu lintangnya di sekitar 7Β° lintang selatan, jadi memang saat ini udara terasa panas," kata Thariq kepada detikJatim, Rabu (15/10/2025).

BMKG mengingatkan masyarakat agar mewaspadai sejumlah dampak yang dapat timbul selama periode panas ekstrem ini. Cuaca yang terik dan kering berpotensi memicu kebakaran, terutama di area dengan vegetasi kering atau tumpukan sampah yang mudah terbakar.

"Untuk dampaknya, memang benar, mulai dari potensi kebakaran, kekeringan, hingga gangguan kesehatan akibat suhu yang tinggi," ujar Thariq.

Selain itu, suhu tinggi yang berkepanjangan bisa mempercepat proses pengeringan tanah serta menurunkan ketersediaan air di sumber-sumber dangkal. Dari sisi kesehatan, risiko dehidrasi, kelelahan akibat panas (heat exhaustion), hingga paparan sinar ultraviolet (UV) berlebih turut meningkat.




(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads