31% Limbah Popok dan Pembalut Cemari Sungai Surabaya

31% Limbah Popok dan Pembalut Cemari Sungai Surabaya

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 14 Okt 2025 17:30 WIB
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Jalan Tembok Lor.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Sebanyak 31 persen limbah popok dan pembalut menjadi penyumbang limbah yang mencemari sungai di Surabaya. Data tersebut berdasarkan data riset dari bank dunia.

Berdasarkan data Bank Dunia, dari sampah di Surabaya, 33,3 persen di antaranya merupakan sampah organik, 33,5 persen sampah plastik dan sisanya 31 persen sampah popok. Alhasil, Surabaya menjadi kota dengan pencemaran limbah popok dan pembalut terbanyak di Indonesia, lalu disusul Kota Manado dengan 26,4 persen dan Makassar 23,7 persen.

"Dari data yang kita punya dan kita diberikan oleh Bank Dunia juga data-data yang lainnya, Surabaya ini di Sungai Brantas-nya banyak sampah yang tidak bisa didaur ulang. Salah satunya adalah yang paling terbanyak sampai berton-ton adalah pembalut dan dan popok bayi," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Selasa (14/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eri menjelaskan, sampah yang tidak dapat terurai dan cenderung dibuang ke sungai tidak hanya mengancam ekosistem, tetapi juga berdampak langsung pada kualitas air baku PDAM.

"Jangan cemari lingkungan Surabaya. Karena kalau di Sungai Brantas maka secara otomatis akan mempengaruhi kualitas air PDAM, makane (makanya) petugas bendino njupuk'i terus tapi gak tau mandek (petugas kebersihan mengambil popok di sungai terus menerus)," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Pemkot Surabaya pun memasifkan sosialisasi penggunaan popok dan pembalut sekali pakai kepada masyarakat. Selain menyasar ibu-ibu, popok sekali pakai juga digunakan di rumah sakit.

Ia pun berupaya untuk mengubah mindset masyarakat, ibu-ibu dan wanita untuk bisa berubah menjadi tidak sekali pakai atau bisa didaur ulang.

"Sehingga sejak setahun lalu kami bekerja sama dengan rumah sakit, kami bekerja sama dengan ibu-ibu yang ada di Kecamatan Wonokromo, Pabean Cantikan," ujarnya.

Mengatasi permasalahan limbah popok dan pembalut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) berkolaborasi dengan sebuah gerakan sosial dan produsen popok bayi serta pembalut kain ramah lingkungan. Di mana memberdayakan ibu-ibu dan penyandang disabilitas untuk membuat popok dan pembalut kain.

"Saya ingin menunjukkan ini loh produk wong Surabaya. Ini loh produk disabilitas Surabaya. Ternyata bisa diterima di dunia dan bisa dilakukan di rumah sakit," katanya.

Program ini diharapkan mampu mengurangi kontribusi sampah popok yang berdasarkan data internasional mencapai 31% dari total sampah yang ada di sungai.

"Produk ini diproduksi secara mandiri, diterima baik oleh rumah sakit, dan penyakit yang berkaitan dengan kebersihan juga berkurang. Ini adalah produk unggulan warga dan penyandang disabilitas Surabaya yang teruji," pungkasnya.




(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads