Korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, sempat terjebak di antara puing-puing beton bangunan. Kondisi itu membuat proses evakuasi berjalan sangat sulit.
Bahkan, korban terakhir baru berhasil diselamatkan pada Rabu, 1 Oktober, atau lebih dari 48 jam setelah kejadian.
Dalam situasi genting tersebut, tim penyelamat tidak hanya berupaya menjangkau korban, tetapi juga memastikan kondisi mereka tetap stabil sebelum berhasil dievakuasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, para petugas membuat celah-celah kecil di antara runtuhan beton agar bisa menyalurkan makanan, minuman, hingga oksigen kepada para korban.
"Siang hari itu, tim penyelamat membuat akses untuk memasukkan selang air. Jadi, pengeboran pertama dilakukan untuk memasukkan selang air ke korban Wahyudi, kemudian Rossi, Fatih, dan juga Putra," jelas Gani Wiratama, salah satu rescuer Basarnas Surabaya.
![]() |
Rescuer lainnya, Nur Hadi menjelaskan, upaya ini dilakukan untuk memperpanjang daya tahan hidup korban sesuai prinsip rule of three yakni manusia hanya dapat bertahan tiga hari tanpa minum.
"Untuk memperlama waktu survive mereka, jadi ini dibor lalu dimasukkan selang yang dihubungkan dengan botol air minum, modelnya seperti infus," ungkap Nur Hadi.
Namun, menjangkau korban di bawah reruntuhan bukanlah tugas mudah. Risiko yang dihadapi tim penyelamat sangat tinggi. Mereka bahkan rela melepas alat pelindung diri (APD) demi bisa memberikan makanan secara langsung kepada korban.
"Terkadang APD kita tidak bisa digunakan sepenuhnya karena menghalangi pergerakan. Seperti saat memberikan makan ke Haikal, kita harus melepas helm agar bisa lebih dekat. Kalau tidak, helm justru jadi penghambat," ujar Gani.
![]() |
Selain makanan dan minuman, tim penyelamat juga memastikan pasokan oksigen tetap tersedia di sekitar korban untuk menjaga kondisi kesehatan mereka.
"Untuk Haikal, kita juga suplai oksigen agar kesehatannya terjaga. Tabung oksigen kita sambungkan dengan selang, lalu diarahkan ke posisi Haikal supaya sirkulasi udara di dalam tetap ada," tutur Nur Hadi.
Perjuangan tim penyelamat menjaga kondisi para korban di bawah reruntuhan menunjukkan dedikasi tinggi mereka. Di tengah ancaman bahaya, mereka tetap berupaya keras agar setiap korban bisa dievakuasi dalam keadaan selama
(ihc/hil)