Hujan Es Angin Kencang 3 Hari Landa 2 Daerah di Jatim, Ini Penyebabnya

Hujan Es Angin Kencang 3 Hari Landa 2 Daerah di Jatim, Ini Penyebabnya

Eko Sudjarwo, Aprilia Devi - detikJatim
Jumat, 10 Okt 2025 22:08 WIB
Hujan es disertai angin kencang di Lamongan.
Hujan es disertai angin kencang di Lamongan. (Foto: tangkapan layar)
Lamongan -

Selama 3 hari terakhir, yakni 7 Oktober hingga 9 Oktober, bencana hidrometeorologi berupa angin kencang disertai hujan es terjadi di 2 wilayah di Jatim. Bencana yang cukup merusak itu melanda Lamongan dan Mojokerto.

Hujan es disertai angin kencang melanda Lamongan pada Rabu (8/10). Sejumlah pohon di sepanjang Jalur Pantura Lamongan tumbang hingga menutup badan jalan sementara atap rumah warga dan bangunan perkantoran rusak parah.

Peristiwa itu terjadi di sejumlah kecamatan termasuk Pucuk, Tikung, Kembangbahu, Sugio, Sukodadi, dan sekitarnya. Hujan es yang turun di wilayah Kecamatan Pucuk sempat membuat warga panik. Fenomena itu bahkan terekam kamera ponsel warga dan tersebar di media sosial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Suaranya keras sekali di atap rumah, kirain hujan batu. Pas dilihat ternyata butiran es. Lumayan gede butirannya, ada yang seujung jari," ujar Misbahuddin, warga Desa Paji, Kecamatan Pucuk.

Fenomena hidrometeorologi itu juga terjadi Di Kecamatan Tikung. Di kecamatan itu, hujan es turun disertai angin kencang yang menyebabkan atap Kantor Kecamatan rusak parah. Sebagian plafon pendopo kantor juga dilaporkan runtuh.

ADVERTISEMENT

Tak hanya fasilitas umum, sejumlah rumah warga pun rusak diterpa angin. Genting-genting beterbangan dan beberapa pohon besar tumbang menimpa kabel listrik serta kendaraan yang sedang melintas.

Selain di Lamongan, di Mojokerto ada total sebanyak 46 rumah warga di 3 kecamatan rusak akibat hujan es disertai angin kencang pada Kamis (9/10). Beberapa kecamatan yang terdampak yakni Kecamatan Jetis, Sooko, dan Gedeg.

Fenomena hujan es disertai angin kencang ini disebabkan akibat kondisi atmosfer yang tidak stabil. Hal itu seperti disampaikan Prakirawan BMKG Juanda Restina Wardhani. Dia jelaskan kondisi atmosfer itu memicu pertumbuhan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus yang menjulang tinggi.

Di dalam awan itulah butiran air membeku karena suhu puncak awan yang sangat dingin. Bahkan, dalam penjelasannya, suhu di puncak awan itu bisa mencapai di bawah -60 derajat celsius.

"Pada saat proses konveksi semakin kuat, butiran es yang terbentuk semakin besar. Ketika udara tidak lagi mampu menahan berat butiran, es mulai turun ke permukaan. Jika suhu permukaan cukup dingin, butiran es tidak mencair dan jatuh jadi hujan es," ujar Restina kepada detikJatim, Jumat (10/10).




(dpe/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads