Kisah Amellia, Sopir Ambulans Wanita Siaga Evakuasi Korban Ponpes Sidoarjo

Kisah Amellia, Sopir Ambulans Wanita Siaga Evakuasi Korban Ponpes Sidoarjo

Aprilia Devi - detikJatim
Selasa, 07 Okt 2025 17:00 WIB
Amellia di balik kemudi ambulans selama proses evakuasi korban Ponpes Al Khoziny
Amellia di balik kemudi ambulans selama proses evakuasi korban Ponpes Al Khoziny (Foto: Aprilia Devi/detikJatim)
Sidoarjo -

Deru sirene memecah kepanikan di kawasan Pondok Pesantren Al Khoziny pada Senin (29/9) sore. Musala ponpes itu ambruk mendadak, meninggalkan luka dan duka mendalam bagi para santri, keluarga, hingga masyarakat.

Di tengah kekacauan, ada para relawan yang datang. Termasuk para relawan yang membawa ambulans.

Salah satu sosok di balik koordinasi armada ambulans dalam proses evakuasi korban adalah Amellia (42), seorang sopir ambulans wanita yang telah berkecimpung sejak 2016.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengoordinir puluhan relawan dari berbagai organisasi dan yayasan untuk membantu proses evakuasi para korban ambruknya Ponpes Al Khoziny.

"Saya koordinator ambulans. Senin jam 16.15 WIB ambulans standby atas permintaan Polresta Sidoarjo, ada 15 unit awalnya. Lalu nambah, ada sekitar 36. Sekarang karena sudah selesai ada beberapa, 10," ujar Amellia saat ditemui detikJatim, Selasa (7/10/2025).

ADVERTISEMENT

Amellia dan timnya langsung bergerak tak lama setelah musibah terjadi. Dengan alat pelindung diri (APD), mereka berjibaku tanpa henti selama proses evakuasi berlangsung sejak hari pertama hingga kedelapan.

Tak ada jam istirahat yang cukup, semangat kemanusiaan jadi bahan bakar mereka untuk terus melaju dalam proses evakuasi yang cukup panjang.

"Kalau panik, pasti iya. Kita gak ada jam istirahat. Kalau sudah mengantarkan jenazah dari sini ke RS Bhayangkara Polda Jatim, kita istirahat sebentar, terus lanjut lagi," kisahnya.

Sebagian besar armada ambulans yang datang adalah milik pribadi atau organisasi non-pemerintah. Amellia sendiri membawa dua ambulans dari Info Lantas Sidoarjo (ILS).

Ia menceritakan pada hari pertama kejadian, satu ambulans bisa mengangkut hingga tiga korban luka. Sejak pukul 16.00 WIB hari kejadian, mereka terus siaga di lokasi.

"Stay di sini 24 jam, ada yang bawain baju. Yang pulang yang dekat aja. Ada yang bolak balik berkali-kali," lanjut Amellia.

Tak hanya rasa lelah yang mereka lawan, tetapi juga emosi. Saat pertama datang dan melihat kondisi anak-anak yang berlarian dengan wajah berdebu dan penuh tangis, air mata pun tak tertahankan.

"Kalau datang ke sini hari pertama pasti nangis. Info awal (korbannya) 15 anak, ternyata banyak sekali anak-anak yang lari dengan wajah berdebu, mereka nangis," ucapnya.

Kini, setelah proses evakuasi selesai pada hari kesembilan operasi, Amellia dan tim masih melanjutkan tugas kemanusiaan mereka.

Ambulans bergerak ke Polda Jatim dan siaga di sana, mereka akan mengantar para santri asal Sidoarjo yang telah teridentifikasi identitasnya ke rumah duka.

"Ini panggilan kemanusiaan, kita berangkat, evakuasi, selesaikan, pulang. Gak ada gaji, kita relawan," pungkasnya.




(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads