Fakta-fakta Ketua RT RW dan Takmir Usir Yai Mim demi Bela Sahara

Irma Budiarti - detikJatim
Senin, 06 Okt 2025 11:20 WIB
Eks Dosen UIN Malang Yai Mim. Foto: Tangkapan layar
Malang -

Kasus pengusiran eks dosen UIN Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang Mohammad Imam Muslimin atau Yai Mim ternyata bukan spontanitas warga. Berdasarkan pengakuannya, ada indikasi pengondisian dan persekongkolan yang melibatkan Ketua RT, Ketua RW, dan Takmir Musala demi membela tetangganya, Nurul Sahara.

YaiMim diusir dari lingkungannya sendiri akibat perselisihan dengan tetangganya, Nurul Sahara, yang berawal dari masalah sepele parkir mobil rental. Yai Mim menilai warga dikondisikan untuk menandatangani surat pengusiran seolah-olah menjadi kesepakatan kolektif. Bahkan, Yai Mim juga dilarang salat di musala.

Fakta-fakta Persekongkolan Ketua RT RW dan Takmir Musala Usir Yai Mim

1. Awal Konflik Gara-gara Parkir Mobil Rental

Masalah bermula dari urusan sepele antara Yai Mim dengan tetangganya, Sahara, yakni soal parkir mobil rental. Perselisihan itu kemudian melebar dan membuat nama Yai Mim viral di media sosial, hingga memantik reaksi lingkungan tempat tinggalnya di Perumahan Joyogrand, Lowokwaru, Kota Malang.

2. Ketua RT Sulit Ditemui, Yai Mim Akhirnya Menunggu di Musala

Saat hendak mengurus kepindahan domisili KTP, Yai Mim justru mengalami kesulitan karena Ketua RT tak kunjung bisa ditemui. Ia akhirnya memutuskan mencari sang Ketua RT ke musala perumahan dan menunggu hingga salat isya usai.

"Isya saya datang kira-kira salat tinggal satu rakaat lagi, ada pak RT, saya sanggong persis di belakang sambil bawa tanda tangan (dokumen). Begitu pak RT salam, saya emang sengaja nggak salat, soalnya khawatir dia lari. Intinya mau tanda tangan pak RT," kata Yai Mim dilansir dari siniar YouTube Deny Sumargo.

3. Tak Disambut Baik, Malah Dapat Surat Pengusiran

Alih-alih ditandatangani, ketua RT justru marah dan menunjukkan surat kesepakatan berisi tanda tangan warga yang menolak keberadaan Yai Mim. Dalam dokumen itu, disebutkan Yai Mim dan istrinya diusir dari perumahan.

"Bukan pak RT, tapi Pak RW juga, OK pak RW juga tanda tangan," ujar Yai Mim menirukan Ketua RT, Prajogo.

4. Warga Akui Hanya Ikut-ikutan Tanda Tangan

Setelah ditunjukkan surat pengusiran, Yai Mim mencoba mengonfirmasi langsung ke beberapa warga di musala. Hasilnya, sebagian besar warga mengaku hanya mengikuti ajakan rapat dan tidak tahu maksud sebenarnya dari tanda tangan tersebut.

"Pak Edi Bekti, Pak Edi yang nawarkan tanah orang Bali kepada saya. Pak Edi sampean ngusir saya? ya, saya hanya diajak ikut rapat, apa boleh orang tinggal di suatu tempat diusir. Artinya orang ini gak jelas, gak ngusir lah bahasanya," jelas Yai Mim.

"Berikutnya yang imam salat saya tidak tahu namanya di sana saya tanya, pak imam sampean tandan tangan, ya? sampean ngusir saya gak? saya hanya datang saja dalam rapat itu. Orang-orang tanda tangan, ya tanda tangan," imbuhnya.

5. Inisiator Pengusiran Ketua RT, RW, dan Takmir

Dari penelusurannya, Yai Mim menemukan bahwa pengusiran itu bukan inisiatif warga biasa. Ia menuding Ketua RT, Ketua RW, Takmir Musala, serta pasangan Sahara sebagai pihak yang menggerakkan warga untuk menandatangani surat kesepakatan pengusiran.

"Jadi yang punya inisiatif mengumpulkan seluruh warga adalah pak RT dan Pak RW serta ketua takmir itu dilakuin semua dan Mbak Suhara (Sahara) dan suaminya. Jadi inisiatif pak RT, Pak RW Pak Nur Hidayat (ketua takmir) Ibu Suhara dan suaminya, ada 25 yang tanda tangan," beber Yai Mim.

6. Ketua RT Emosi dan Memukul Yai Mim

Konflik makin panas ketika ketua RT menuduh Yai Mim telah memfitnah dirinya melakukan pungutan liar (pungli) terhadap warga. Cekcok itu berujung pemukulan yang membuat kacamata Yai Mim terjatuh.

"Tengkar, saya dipukul sama pak RT, tangan saya dipukul kebetulan saya bawa kacamata, sakit tangan, jatuh kacamata saya," tutur Yai Mim.

"Sorry, sorry saya emosi," imbuh Yai Mim menirukan ketua RT.

7. Yai Mim Dilarang Salat di Musala

Tak berhenti pada pengusiran, larangan salat di musala juga menimpa Yai Mim. Ketua Takmir Noor Hidayat dengan tegas melarangnya salat di tempat ibadah lingkungan karena dianggap datang dengan perasaan terpaksa.

"Pak Noor Hidayat, sampean ketua takmir ya? Sampean ngusir saya ya? 'iya, saya ngusir anda. Tidak hanya itu anda pun saya larang salat di sini'," kata Yai Mim menirukan ucapan ketua takmir.

"Baik. Kenapa saya dilarang? 'Karena anda mengatakan salat di sini karena terpaksa'," tanya Yai Mim menirukan lagi jawaban Noor Hidayat.

8. Istri Yai Mim Merasa Diisolasi

Rosida Vignesari, istri Yai Mim, turut merasakan dampak sosial dari konflik ini. Ia mengaku tidak lagi disapa tetangga dan merasa ada pihak yang sengaja mengondisikan agar mereka diasingkan dari lingkungan.

"Terus terang sekarang ini saya merasa sepertinya ada gerakan, nggak tahu siapa yang mengerahkan agar para tetangga ini tidak menyapa kami, jadi kami diasingkan," ujar Rosida.

9. Ketua RT Klaim Lingkungan Gaduh Sejak Kasus Sahara

Menanggapi tudingan Yai Mim, ketua RT Prajogo Subiarto menyebut suasana lingkungan sebenarnya tenang sebelum konflik Sahara dan Yai Mim mencuat. Ia berdalih keputusan pengusiran diambil bersama warga karena kegaduhan yang terus berulang.

"Sebelumnya suasana di sini tenang, saya jadi RT sejak 2019 tidak ada masalah. Jadi, ketika bulan Juli sampai September sekarang ini banyak kegaduhan yang ditimbulkan," kata Prajogo.

"Ini yang membuat kami menyepakati adanya lima poin yang kami tuliskan di surat pengusiran. Sebenarnya dia bukan tercatat sebagai warga di sini, melainkan warga Candi Badut, Karangbesuki," tegasnya.

10. Upaya Mediasi Dinilai Gagal

Ketua RT mengeklaim sudah berulang kali memfasilitasi mediasi antara Yai Mim dan Sahara. Namun, menurutnya, Yai Mim selalu mengulangi kegaduhan yang sama, hingga akhirnya warga sepakat untuk mengusir.

"Sebelumnya di beberapa waktu di Juli sudah dimediasi dengan pengurus RT untuk tidak membuat kegaduhan, tapi mengulang lagi. Kemudian dipertemukan dengan beberapa orang dan tetangganya, Bu Sahara itu, masih juga terulang. Lalu, saya sendiri juga sudah mengingatkan," terangnya.

"Kemudian dia (Imam Muslimin) mengajak mediasi. Saya mengatakan bahwa saya siap membantu mediasi. Tapi mengulang terus menerus, seperti kegaduhan yang viral itu," sambungnya.



Simak Video "Video Dosen UIN Malang Guling-guling di Tanah saat Ribut dengan Tetangga"

(irb/abq)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork