Detik-detik Mencekam Santri Selamat dari Ambruknya Ponpes di Sidoarjo

Detik-detik Mencekam Santri Selamat dari Ambruknya Ponpes di Sidoarjo

Muhammad Aminudin - detikJatim
Sabtu, 04 Okt 2025 08:30 WIB
NSR didampinginya ortunya
NSR didampinginya ortunya (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
Malang -

Nanang Saifur Rizal (16), santri asal Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, menjadi saksi hidup tragedi ambruknya musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo. Rizal selamat meski sempat terjebak selama hampir 30 menit.

Pemuda itu masih mengingat bagaimana detik-detik mencekam saat atap bangunan runtuh ketika ratusan santri tengah melaksanakan salat asar berjemaah pada Senin (29/9/2025) sore.

Menurut Rizal, musibah itu terjadi mendadak ketika salat memasuki rakaat ketiga. Suara benda jatuh dari lantai atas tiba-tiba terdengar, diikuti getaran kuat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awal seperti ada bambu jatuh, lalu terasa seperti gempa. Seketika, bangunan langsung ambruk," cerita Rizal saat ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu (4/10/2025).

Rizal menuturkan, ia berada di saf tengah sebelum insiden terjadi. Suara reruntuhan sontak membuat para santri bubar untuk menyelamatkan diri. Namun reruntuhan material bercampur besi cor lebih cepat menghantam.

ADVERTISEMENT

"Semua teriak. Saat lari, kepala saya tertimpa material dari atas," tuturnya.

Rizal sempat terjebak puing bangunan hampir selama 30 menit. Meski dalam kondisi terluka, ia berhasil bertahan.

Tak lama kemudian Rizal akhirnya menemukan celah untuk keluar. Bahkan, ia sempat menolong rekannya yang kritis.

"Di dekat saya ada teman bernama Mamat, kondisinya kejang-kejang. Saya bantu duduk lalu saya tarik keluar lewat lubang kecil di reruntuhan," tuturnya.

Ia mengaku, banyak rekannya tidak seberuntung dirinya karena terjebak di bawah timbunan bangunan yang lebih besar.

Saat kejadian, lantai musala penuh oleh santri yang menunaikan salat, sementara di lantai empat para pekerja tengah melakukan pengecoran.

Pelajar kelas satu SMA ini mengaku masih trauma. Suara gemuruh bangunan ambruk dan teriakan teman-temannya masih terngiang di telinga.

"Kadang-kadang masih takut, kejadian itu benar-benar mengagetkan," ucapnya.

Meski begitu, Rizal yang sudah menimba ilmu di Ponpes Al Khoziny sejak 2022 menegaskan akan kembali ke pesantren.

"Sayang kalau berhenti. Saya tetap ingin melanjutkan sekolah di pondok," terangnya.

Setelah kejadian, Rizal sempat mendapat perawatan medis di lokasi, namun tidak sampai dirawat di rumah sakit. Ia kemudian dijemput orang tuanya untuk kembali ke Malang.

"Luka di kening, belakang telinga sama tangan. Tapi sudah baik-baik saja," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads