Deg-degan dr Aaron Amputasi Nur Ahmad di Reruntuhan: Salah Gerak Ambruk

Deg-degan dr Aaron Amputasi Nur Ahmad di Reruntuhan: Salah Gerak Ambruk

Irma Budiarti - detikJatim
Jumat, 03 Okt 2025 19:00 WIB
Dokter Aaron yang mengamputasi santri di bawah reruntuhan.
Dokter Aaron yang mengamputasi santri di bawah reruntuhan. Foto: Istimewa
Sidoarjo -

Evakuasi Nur Ahmad, salah satu santri Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, berlangsung dramatis. Lengan kirinya terjepit beton reruntuhan bangunan yang ambruk pada Senin (29/9/2025). Dalam kondisi itu, Dokter Aaron Franklyn Suaduon Simatupang mengambil keputusan berisiko, yaitu melakukan amputasi langsung di lokasi.

Dengan ruang sempit hanya setinggi 50 sentimeter dan ancaman bangunan yang bisa runtuh kapan saja, Aaron merayap sejauh 10 meter untuk mencapai Ahmad. Ia mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Ahmad.

"Pikiran saya, saya sudah siap mati sama pasien kalau bangunan itu runtuh. Karena itu sangat berbahaya, salah gerak sedikit ambruk," ungkap Aaron, Jumat (3/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, kondisi Ahmad kritis. Lengan kirinya tertindih beton hingga tidak mungkin diselamatkan. Aaron memiliki dua pilihan, menunggu beton diangkat, atau segera melakukan amputasi darurat di lokasi reruntuhan.

"Sepertinya tidak memungkinkan untuk opsi pertama, karena risikonya adalah pasien kehilangan darah lebih banyak lagi, kemudian oksigen yang ada menipis, sehingga pasien kemungkinan bisa hipoksia yang berujung pada hal yang tidak kita inginkan," bebernya.

ADVERTISEMENT

Di bawah supervisi Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD R T Notopuro Sidoarjo dr Larona Hydravianto, Aaron memutuskan amputasi. Ia menyuntikkan obat bius pada Ahmad yang saat itu masih sadar.

"Saya suntikkan obat bius, kalau sakit maaf ya," ujarnya ke Ahmad yang saat itu dalam posisi tengkurap.

Amputasi darurat itu selesai dalam 10 menit. Aaron kemudian menarik tubuh Ahmad keluar dari reruntuhan untuk diserahkan ke tim medis. Sesampainya di luar, Ahmad segera distabilisasi dan dibawa ke IGD RSUD R T Notopuro. Ia sempat dirawat di ICU.

"Ya memang di dalam itu sangat terbatas ruangnya. Jadi, enggak mungkin semua bisa masuk sebagai tim, tapi kami di pos masing-masing," ungkapnya.

Sementara itu, proses evakuasi korban lain terus berjalan. Hingga hari keempat pascakejadian, total 10 korban ditemukan meninggal dunia. Lima korban sudah ditemukan lebih dulu, sementara lima lainnya baru dievakuasi hari ini dan dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk proses post mortem.

"Prosesnya kan di sini (post mortem) atau identifikasi sama rekonsiliasi. Nanti setelah jenazah dari sana datang ke sini kemudian kita lakukan pemeriksaan," kata Kabiddokkes Polda Jatim Kombes Pol M Kusnan Marzuk.




(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads