Dalam suasana mencekam di bawah reruntuhan Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Dokter Aaron Franklyn Suaduon Simatupang mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan Nur Ahmad. Ia merayap sejauh 10 meter melewati ruang sempit hanya setinggi 50 sentimeter.
Menurut Aaron, saat itu ada dua pilihan, yakni menunggu beton diangkat, lalu korban dievakuasi, atau opsi kedua, langsung melakukan tindakan anestesi dan tindakan amputasi di lokasi.
"Sepertinya tidak memungkinkan untuk opsi pertama, karena risikonya adalah pasien kehilangan darah lebih banyak lagi kemudian oksigen yang ada menipis, sehingga pasien kemungkinan bisa hipoksia yang berujung pada hal yang tidak kita inginkan," bebernya, Jumat (3/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia yang berada di bawah supervisi Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD R T Notopuro Sidoarjo Dokter Larona Hydravianto, akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan Ahmad. Pasalnya, saat itu korban terancam kehilangan banyak darah lantaran siku lengan kirinya tertindih beton bangunan yang ambruk.
"Saya suntikkan obat bius, kalau sakit maaf ya," ujarnya ke Ahmad yang saat itu dalam posisi tengkurap.
Bagi Aaron saat itu, tidak ada misi lain kecuali membawa keluar Ahmad, dan menyelamatkan nyawanya dalam kondisi hidup. Jika nasib berkata lain, ungkap Aaron, bisa jadi ia justru ikut tertimpa bangunan yang sewaktu-waktu berpotensi ambruk.
"Pikiran saya, saya udah siap mati sama pasien kalau bangunan itu runtuh. Karena itu sangat berbahaya, salah gerak sedikit ambruk," ujar Aaron.
Perjuangan Aaron tidak sia-sia. Ia berhasil menuntaskan amputasi di lokasi sekitar 10 menit. Ia kemudian kembali merayap keluar sembari menarik korban. Sampai di luar reruntuhan, dokter yang siaga langsung melakukan stabilisasi kondisi Ahmad.
"Ya memang di dalam itu sangat terbatas ruangnya. Jadi, enggak mungkin semua bisa masuk sebagai tim, tapi kami di pos masing-masing," ungkapnya.
Usai dievakuasi, Ahmad langsung dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD R T Notopuro Sidoarjo untuk dilakukan operasi lanjutan yakni penutupan amputasi. Ia sempat ditempatkan di ruang ICU.
Hingga hari keempat evakuasi pascakejadian, total 10 korban meninggal dunia. Lima korban telah ditemukan sebelumnya. Sementara lima korban lain ditemukan hari ini, dan langsung dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk post mortem.
"Prosesnya kan di sini (post mortem) atau identifikasi sama rekonsiliasi. Nanti setelah jenazah dari sana datang ke sini kemudian kita lakukan pemeriksaan," kata Kabiddokkes Polda Jatim Kombes Pol M Kusnan Marzuk.
(irb/hil)