Ajakan Salat Terakhir Haikal Sebelum Temannya Pergi untuk Selamanya

Ajakan Salat Terakhir Haikal Sebelum Temannya Pergi untuk Selamanya

Aprilia Devi - detikJatim
Jumat, 03 Okt 2025 10:30 WIB
Senator DPD RI asal Jatim Lia Istifhama menjenguk Syahlendra Haical atau Haikal santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Haikal saat dijenguk Ning Lia (Foto: Aprilia Devi/detikJatim)
Sidoarjo -

Di bawah reruntuhan bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo, suara lirih Syahlendra Haical (13) atau Haikal sempat mengajak temannya untuk salat berjemaah Isya. Namun, pada Subuh esoknya, ajakan itu tak lagi bersahut. Haikal sadar, sahabatnya telah pergi untuk selamanya.

Korban selamat ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo menuturkan pengalamannya selama dua hari terjebak di reruntuhan. Cerita itu ia sampaikan saat dijenguk Senator DPD RI asal Jatim, Lia Istifhama, Kamis (2/10).

Meski tubuhnya terjepit dan hanya bisa berbaring di bawah puing beton, Haikal tetap menunaikan salat. Bahkan, ia sempat mengajak temannya di bawah reruntuhan untuk salat berjemaah saat waktu Isya tiba.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ayo salat, ayo salat," kata Haikal menirukan kalimat ajakannya pada teman, sambil masih terbaring di salah satu ruang RSUD Notopuro Sidoarjo.

Ajakan itu muncul setelah ia mendengar suara seseorang mengimami, meski tak tahu siapa orang tersebut. Namun, saat Subuh tiba, sahutan dari temannya tak lagi terdengar.

ADVERTISEMENT

Saat itulah Haikal sadar, temannya sudah meninggal dunia. Ia pun bertahan dalam kondisi lemah bersama jasad sahabatnya.

"Haikal itu cerita gini, salat Isya dia masih sempat ngajak temannya, jadi pukul-pukul temannya masih menyauti. Ternyata di sela-sela mereka ada yang mengimami tapi tidak tahu siapa," ujar ibunda Haikal, Dwi Ajeng menceritakan kisah anaknya.

"Subuh tadi, dia ngajak temannya salat lagi dan tetap mengajak komunikasi sama temannya. Subuh tadi temannya yang di sebelahnya, dipukul Haikal, ditepuk-tepuk gini, ayo salat ayo salat tapi sudah tidak ada sahutan," imbuhnya.

Haikal akhirnya berhasil dievakuasi petugas pada Rabu (1/10) pukul 15.22 WIB. Saat itu, ia ditemukan tak jauh dari posisi temannya yang meninggal dalam keadaan sujud.

Haikal menjadi korban ke-13 yang dikeluarkan dari puing dalam kondisi selamat. Tubuhnya lemah, namun tatapannya masih nanar dan kuat saat ditandu keluar reruntuhan.

Dwi Ajeng juga memuji ketaatan dan keimanan anaknya yang tetap melaksanakan salat meski dalam kondisi terjepit di kegelapan.

"Bayangkan, di tengah kegelapan dan puing yang menindih, anak saya masih ingat salat. Itu yang membuat saya tak berhenti bersyukur sekaligus menangis," ucapnya dengan suara bergetar.

Selain tetap salat, Haikal juga memilih tidak meminum dua botol air yang ada di dekatnya karena merasa bukan haknya.

"Dia bilang itu bukan haknya. Dia takut meminum air itu karena bukan miliknya. Anak sekecil itu bisa berpikir sejernih itu, Masya Allah," tutur Ajeng.

Sang ibu menambahkan, Haikal juga sengaja tidak banyak bergerak untuk menghemat energi, sebuah tindakan yang ia terapkan berdasarkan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) di sekolah.

"Dia memilih diam agar tetap bertahan hidup," ujar Ajeng.

Cerita Haikal membuat Lia Istifhama tak kuasa menahan air mata. Perempuan yang akrab disapa Ning Lia itu menilai kisah bocah 13 tahun ini sebagai pelajaran mahal.

"Dia bukan hanya kuat secara fisik, tapi juga sangat cerdas dan beriman. Dalam kondisi paling mencekam, ia tetap ingat salat dan bahkan mengimplementasikan ilmu yang diajarkan di sekolahnya. Ini pelajaran mahal untuk kita semua," ujar Ning Lia.

Usai sembuh, Haikal berencana kembali bersekolah di SMPN 1 Probolinggo dekat rumah keluarganya. Ia bercita-cita tetap menuntut ilmu demi masa depannya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Update Ponpes di Sidoarjo Ambruk: 3 Santri Tewas-38 Masih Dicari"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads