Syahlendra Haical atau Haikal, korban selamat ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo menuturkan pengalamannya selama 2 hari terjebak di reruntuhan. Pengalamannya itu, ia bagikan saat dijenguk Senator DPD RI asal Jatim Lia Istifhama, Kamis (2/10).
Anak 13 tahun itu mengaku tetap menunaikan salat, meski tubuhnya terjepit dan hanya bisa berbaring di bawah puing beton. Ia bahkan sempat mengajak temannya di bawah reruntuhan salat berjamaah saat waktu Isya tiba.
"Ayo salat, ayo salat," kata Haical sambil masih terbaring di salah satu ruang di RSUD Notopuro Sidoarjo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ajakan Haikal ke temannya itu karena ia sempat mendengar suara seseorang mengimami, meski tak tahu siapa orang itu. Tapi saat Subuh, sahutan ajakannya untuk salat tak lagi dibalas temannya.
Saat itulah ia sadar, temannya sudah meninggal dunia dan bertahan bersama jasad temannya.
Haikal kemudian berhasil dievakuasi petugas Rabu (1/10) pukul 15.22 WIB. Saat itu, Haikal berhasil dievakuasi yang tak jauh dari temannya yang meninggal dalam posisi sujud.
Haikal tercatat sebagai korban ke-13 yang berhasil dikeluarkan dari puing dengan selamat. Tubuhnya saat itu sudah lemah, namun nanar matanya masih kuat saat ditandu petugas keluar reruntuhan.
Mendengar cerita Haikal itu, Senator DPD RI, Lia Istifhama tak kuasa menahan air matanya. Perempuan yang karib disapa Ning Lia itu menilai cerita Haikal sebagai pelajaran yang mahal.
"Dia bukan hanya kuat secara fisik, tapi juga sangat cerdas dan beriman. Dalam kondisi paling mencekam, ia tetap ingat salat dan bahkan mengimplementasikan ilmu yang diajarkan di sekolahnya. Ini pelajaran mahal untuk kita semua," ujar Ning Lia.
Ceita Haikal ini juga membuat ibunya, Dwi Ajeng turut meneteskan air mata. Ajeng pun memuji ketaatan dan keimanan anaknya yang masih menyempatkan salat meski dalam kondisi tubuhnya terjepit dan gelap.
"Bayangkan, di tengah kegelapan dan puing yang menindih, anak saya masih ingat salat. Itu yang membuat saya tak berhenti bersyukur sekaligus menangis," ucapnya dengan suara bergetar.
Tak cuma itu, lanjut Ajeng, selama terjebak, Haikal juga menahan untuk tidak meminum dua botol air yang ada di dekatnya. Alasannya sederhana, karena bukan miliknya.
"Dia bilang itu bukan haknya. Dia takut meminum air itu karena bukan miliknya. Anak sekecil itu bisa berpikir sejernih itu, Masya Allah," tutur Ajeng.
Ibunya juga menuturkan bahwa selama terjebak, anaknya memang sengaja sengaja tidak banyak bergerak agar bisa menghemat energi. Hal itu ia terapkan karena teringat pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) di sekolah.
"Dia memilih diam agar tetap bertahan hidup," ujar Ajeng.
Setelah sembuh, Haikal berencana kembali bersekolah di SMPN 1 Probolinggo, dekat rumah keluarganya. Karena ia selalu bercita-citanya tetap bisa belajar dan menuntut ilmu.
(dpe/abq)