Alat Berat Jadi Tanda 59 Orang Tertimbun Puing Ponpes Sudah Meninggal?

Round-Up

Alat Berat Jadi Tanda 59 Orang Tertimbun Puing Ponpes Sudah Meninggal?

Denza Perdana - detikJatim
Jumat, 03 Okt 2025 09:40 WIB
Alat berat dikerahkan di musala ambruk Sidoarjo
Alat berat melakukan pemindahan puing reruntuhan bangunan musala di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo. (Foto: Aprilia Devi/detikJatim)
Sidoarjo -

Alat berat telah dikerahkan untuk memindahkan puing-puing reruntuhan bangunan di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo yang sebelumnya dikatakan rawan ambruk bila terjadi getaran. Apakah ini menjadi tanda bahwa 59 santri yang diduga masih tertimbun reruntuhan tersebut sudah meninggal?

Golden time atau waktu emas penyelamatan korban reruntuhan yakni 72 jam atau 3 hari telah terlewati sejak azan Ashar pada Kamis (2/10/2025) sore berkumandang. Waktu emas ini menjadi tolok ukur daya tahan manusia bertahan hidup di bawah reruntuhan.

Sebelumnya, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyebutkan bahwa masih ada puluhan orang yang diduga tertimbun reruntuhan bangunan ponpes tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang yang masih hilang, yang ada datanya, yang ada fotonya itu sementara terdata 59 orang," kata Suharyanto, Kamis (2/10/2025).

Suharyanto menegaskan bahwa kondisi 59 orang itu sudah tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan. Dia nyatakan itu berdasarkan hasil analisis situasi di lapangan.

ADVERTISEMENT

"Itu secara ilmu pengetahuan itu tidak lagi ditemukan tanda-tanda kehidupan ya. Kami masih memberi waktu kepada tim gabungan dari mulai kemarin sore sampai tadi pagi," lanjutnya.

Namun hingga saat ini, pihaknya belum dapat memastikan di mana titik pasti para korban itu berada. Basarnas sendiri baru dapat mengidentifikasi 15 titik. Beberapa di antaranya sudah berhasil dievakuasi.

"Alhamdulillah kemarin kan kita ada 15 titik, 8 itu hitam, 7 itu merah. Ternyata perkembangannya yang tujuh merah itu berhasil diselamatkan lima. Sehingga yang 2 tadinya merah menjadi hitam," katanya.

Sejak Kamis siang, 5 buah alat berat crane telah disiagakan di lokasi. BNPB juga telah menyiapkan 30 ambulans, 300 kantong jenazah, serta 30 dump truck untuk mengangkut reruntuhan bangunan atau jika ditemukan barang-barang korban.

SAR Mission Coordinator (SMC) Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo menjelaskan penggunaan crane untuk memindahkan puing dilakukan setelah tim SAR BASARNAS melaksanakan 3 fase rangkaian asesmen untuk mendeteksi ada tidaknya korban yang masih hidup di balik reruntuhan sejak Rabu malam.

Pada fase pertama, tim mengecek tanda-tanda kehidupan di Site A1, A2, dan A3 dengan cara memanggil korban secara bergantian tapi hasilnya nihil. Fase kedua dilakukan dengan search camera yang menjangkau celah hingga kedalaman 5 meter. Hasil asesmen ini juga tidak menemukan tanda-tanda kehidupan.

Selanjutnya, pada fase ketiga, asesmen dilakukan dengan wall scan suffer 400 untuk mendeteksi keberadaan orang di balik reruntuhan dinding beton. Hasil pemeriksaan tidak menemukan adanya tanda napas maupun denyut nadi.

Tim penyelamatan BASARNAS pun masih berupaya memastikan dengan menggunakan multi search seismic scanner. Alat ini berfungsi untuk menangkap getaran dan suara kecil dari dalam reruntuhan demi mengidentifikasi kemungkinan adanya korban hidup.

"Selama proses asesmen dan re-asesmen, area lokasi reruntuhan disterilisasi agar tidak ada suara tambahan yang memengaruhi hasil deteksi," kata Bramantyo dalam keterangan tertulis yang diterima detikJatim, Kamis malam.

Secara paralel pada saat yang bersamaan, tim BNPB juga telah mengerahkan drone thermal untuk memperluas pencarian tanda-tanda kehidupan di balik reruntuhan dari udara. Hasilnya juga nihil. Tim SAR pun bersama pihak keluarga bersepakat memulai proses pemindahan material dengan crane.




(dpe/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads