Alat berat mulai diterjunkan untuk mengevakuasi korban yang terjebak reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny. Keputusan ini diambil usai tidak ada tanda-tanda kehidupan yang ditemukan dari para korban.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) mengungkapkan bahwa BNPB telah melakukan komunikasi dengan pihak keluarga korban terkait upaya evakuasi selanjutnya.
"Ini tadi barusan kita dipimpin oleh Pak Kepala BNPB berdialog lagi, karena setiap hari terus dilakukan komunikasi dengan keluarga para santri apakah sudah saatnya untuk dilakukan mulai evakuasi dengan menggunakan bantuan alat-alat berat," ujar Pratikno saat mengunjungi posko gabungan, Kamis (2/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari dialog tersebut, petugas telah menjelaskan bahwa tidak ditemukan lagi tanda-tanda adanya korban masih selamat yang berada di bawah reruntuhan bangunan meski fase golden time atau 72 jam belum terlewati.
Pihak keluarga pun menyetujui proses evakuasi dengan alat berat itu. Mereka juga telah menandatangani dokumen terkait proses ini.
Namun, proses evakuasi sendiri tetap dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Ada lima crane yang disiagakan. Cara kerjanya dengan mengangkat satu-persatu balok yang ambruk.
"Itu sudah dijelaskan kepada keluarga dan oleh karena itu keluarga juga setuju untuk penggunaan alat berat. Penggunaan alat berat pun akan digunakan dengan sangat-sangat hati-hati," jelas Pratikno.
Selain lima crane, BNPB juga menyiapkan 30 ambulans, 300 kantong jenazah, serta 30 dump truck untuk mengangkut reruntuhan bangunan ataupun jika ditemukan barang-barang korban.
Berdasarkan rekaman kamera CCTV di lokasi kejadian, crane mulai bekerja sejak Kamis (2/10) siang.
Sementara pantauan di posko gabungan, pihak keluarga terlihat histeris. Mereka menangis dan berharap proses evakuasi segera rampung. Doa bersama juga sempat digelar di dalam posko yang berlokasi di area Ponpes Putri Al Khoziny.
(auh/abq)