Teringat Lagi Tragedi Kanjuruhan Melalui Pameran di Kampus UB Malang

Teringat Lagi Tragedi Kanjuruhan Melalui Pameran di Kampus UB Malang

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Rabu, 01 Okt 2025 21:30 WIB
Pameran Tragedi Kanjuruhan di Universitas Brawijaya Malang.
Pameran Tragedi Kanjuruhan di Universitas Brawijaya Malang. (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Kota Malang -

Sejumlah mahasiswa dari jurusan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) menggelar pameran tragedi kanjuruhan. Pameran tersebut bertepatan dengan peringatan tiga tahun tragedi kanjuruhan yang jatuh pada 1 Oktober 2025.

Pameran yang berlangsung sejak 29 September-1 Oktober 2025 ini masuk dalam program kerja (proker) Kementerian Gerakan mahasiswa BEM fakultas ilmu budaya UB. Pameran ini mengusung tema 'membangun ingatan, membongkar impunitas, menggugat keberanian serta menguatkan solidaritas,'.

Berlokasi di gedung Self Accses Center (SAC) Fakultas Ilmu Budaya, beragam karya seni mulai dari lukisan hingga puisi yang menggambarkan tuntutan keadilan tragedi yang menewaskan 135 korban jiwa terpampang ditembok-tembok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Pelaksana Pameran Gendadianta Hibrizi Kuncoro mengatakan bahwa pameran ini digelar setiap tahun secara konsisten. Pada tahun ini menjadi kali kedua Pameran Tragedi Kanjuruhan diadakan.

ADVERTISEMENT
Pameran Tragedi Kanjuruhan di Universitas Brawijaya Malang.Pameran Tragedi Kanjuruhan di Universitas Brawijaya Malang. Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)

"Melalui tema yang kami usung jika dibedah, pertama kita ingin membangun ingatan, sebagai bangsa yang satu, luka yang ditinggalkan di Tragedi Kanjuruhan ini bukan luka fans sepakbola saja, bukan luka warga Malang saja, tapi luka kita bersama karena ini tragedi sepakbola terbesar di Indonesia," kata Gendadianta, Rabu (1/10/2025).

"Harapannya, dengan adanya pameran tragedi kanjuruhan ini menjadi perlawana kolektif untuk membangun ingatan tidak hanya dari warga malang yang tau, maupun yang terkait langsung di tragedi, tapi dari mahasiswa-mahasiswa dari luar daerah. Sehingga para mahasiswa tau dan mengerti apa yang sebenarnya kita bela hingga pelanggaran ham apa saja yang terjadi," imbuhnya.

Ia menambahkan bahwa proses hukum tragedi kanjuruhan yang telah berjalan dinilai masih belum tuntas dan belum memberikan keadilan, terutama bagi keluarga korban. Pameran ini juga mendorong agar tuntutan keadilan yang terus disuarakan oleh keluarga korban tidak habis termakan waktu.

"Kita menggugat keberanian secara kolektif, menggugat keberanian secara individual, supaya solidaritas keseluruhannya bisa terbentuk dan pada akhirnya membongkar impunitas yang ada. Impunitas jika didefinisikan, itu bisa diartikan sebagai suatu keadaan jika pelanggaran HAM itu tidak diadili sebagai mana mestinya, dan jelas banyak impunitas yang terjadi di tragedi Kanjuruhan," terangnya.

"135 korban jiwa dan 583 korban luka-luka, kurang lebih hanya 5 orang yang diadili dan mendapatkan hukuman yang terbilang ringan. Kemudian dalam laporan polisi hanya ada 11 gas air mata yang ditembakkan, padahal lembaga HAM yang mencari tahu berapa gas air mata yang ditembakkan ada 45, terus dari jurnalis yang mencari tahu, ternyata ada puluhan. Jelas ini ada gap-nya," imbuhnya.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads