Pemerintah Kabupaten Trenggalek mulai mengoperasikan Sekolah Rakyat dengan sistem asrama (boarding school). Pada gelombang pertama, terdapat puluhan siswa dari jenjang SD hingga SMP yang resmi menempati sekolah tersebut.
"Saya bersyukur Sekolah Rakyat bisa dilaksanakan. Saat ini ada 69 siswa-siswi, mulai dari usia 6-7 tahun hingga tingkat SMP. SMA belum ada. Ini adalah Sekolah Rakyat ke-50 yang beroperasi di Indonesia," kata Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, Selasa (30/9/2025).
Pada tahap awal, Sekolah Rakyat Trenggalek menempati bekas gedung Balai Latihan Kerja (BLK) dan Kantor Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Perinaker) Trenggalek. Seluruh bangunan telah disulap menjadi asrama, ruang kelas, dapur umum, ruang belajar malam, hingga area perkantoran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para siswa yang berasal dari berbagai kecamatan di Trenggalek kini mulai tinggal di asrama dan mengikuti kegiatan belajar mengajar layaknya sekolah pada umumnya. Selama beroperasi, seluruh aktivitas siswa akan diawasi dan dibimbing oleh wali asuh.
"Untuk tenaga pengajar sudah disiapkan. Ada yang ditugaskan dari Dinas Pendidikan Trenggalek, ada dari Dinas Kesehatan, ada juga rekomendasi dari Kementerian Sosial. Kemudian dari Sentra Terapi akan mempersiapkan psikolog," jelasnya.
![]() |
Pada tahap awal ini, pihak pengelola menerapkan strategi khusus agar para siswa dapat beradaptasi dan merasa nyaman tinggal di asrama.
"Di sini ada wali asuh, dan mereka semua berlatar belakang pekerja sosial yang memang sudah berhubungan dengan para wali murid," tambahnya.
Bupati Arifin berharap Sekolah Rakyat Trenggalek ke depan dapat berkembang menjadi sekolah inklusi yang mampu menampung siswa berkebutuhan khusus.
"Lokasi ini sifatnya sementara, kami masih menunggu proses pembangunan yang akan dilakukan pemerintah pusat di lahan yang sudah kami siapkan," ungkap Arifin.
![]() |
Sementara itu, salah seorang wali murid, Duvita Nisa Ruruma, mengaku bersyukur anak asuhnya kini bisa bersekolah dengan layak. Sebelumnya, anak tersebut ditemukan terlantar di Sumatera dan belum pernah mengenyam pendidikan formal.
"Seharusnya sekarang sudah kelas 4, tapi belum pernah sekolah. Orang tuanya sudah tidak ada dan data kependudukannya juga tidak ada. Anaknya hiperaktif sekali," kata Ita.
Ia berharap keberadaan Sekolah Rakyat dapat memberi kesempatan pendidikan yang layak bagi anak asuhnya sehingga kelak bisa hidup mandiri.
Hal senada diungkapkan salah seorang siswi, Dea Ananda Sari. Ia mengaku merasa nyaman setelah melihat langsung kondisi sekolah dan asrama yang disiapkan pemerintah.
"Alhamdulillah nyaman, suasananya beda, bisa mengenal banyak teman. Senang bisa ikut gabung ke sini," ucap Dea
(ihc/abq)