Penjelasan Pakar Teknik ITS Soal Ambruknya Bangunan Ponpes di Sidoarjo

Penjelasan Pakar Teknik ITS Soal Ambruknya Bangunan Ponpes di Sidoarjo

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 30 Sep 2025 14:16 WIB
Situasi di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo pasca kejadian bangunan musala ambruk, Selasa (30/9/2025).
Situasi di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo pasca kejadian bangunan musala ambruk (Foto: Deny Prastyo)
Sidoarjo -

Pakar Teknik Sipil Struktur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Mudji Irmawan buka suara terkaiat musibah ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Budura, Sidoarjo. Ia menilai bangunan yang ambruk itu tak terencana.

"Kalau kita lihat sejarah pembangunan ruang kelas pondok pesantren ini awalnya merupakan bangunan yang direncanakan cuman satu lantai,"kata Mudji kepada detikJatim, Selasa (30/9/2025).

Kemudian, lanjut Mudji, dengan pertambahannya jumlah santri, maka pengurus ponpes menambah ruang baru di lantai dua dan tiga. Hal ini lah yang kemudian disebutnya sebagai tak terencana sehingga tidak terpikir secara teknis, bahwa nantinya akan dibangun sampai tiga lantai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi tidak ada pemikiran ke sana (bangun tiga lantai). Mungkin ada faktor keamanan dan sebagainya, sehingga beban-beban yang bekerja masih cukup mampu diterima oleh bangunan lantai satu. Itu urutan teknisnya, sehingga pembangunan lantai 2 ini dirasa cukup aman," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Karena ada penambahan lantai tersebut, lanjut Mudji, maka beban yang harus ditanggung pada lantas satu semakin bertambah. Ia pun menyebut bahwa pembangunan Ponpes Al-Khoziny tidak sesuai kaidah teknis. Karena beban yang terus ditambah tanpa perhitungan dan perencanaan sejak awal.

"Nah, ini jadi masalah bebannya yang tadinya 100% jadi 200%, jadi 300%. Itu menyebabkan salah satu faktor utama yang membuat bangunan lantai satu, lantai dua tidak cukup mampu menerima beban yang ada di kerja," tambahnya.

"Pertanyaannya apakah ini mengikuti kaidah teknis? Tentunya ya tidak, kan tidak dipikirkan dari awal. Sebetulnya apakah ini bisa dicegah? Bisa saja, bisa saja kalau kita melibatkan secara teknik.
Bagaimana kalau ada bangunan lantai satu kemudian dibangun, ditingkatkan menjadi tiga lantai, secara teknik bisa mampu, masih bisa, tapi harus ada hitungannya, ada pendampingannya, ahli teknik, khususnya konstruksi bangunan," urainya.

Di sisi lain, risiko-risiko pembanguanan juga tidak dimitigasi, tidak dipikirkan secara dalam oleh pelaksana penyelenggara kegiatan belajar mengajar di pesantren. Sehingga kegiatan proses belajar mengajar di pesantren tetap dilakukan sambil pekerjaan pengecoran di lantai tiga tetap berjalan.

"Struktur bangunan atau konstruksi bangunan yang sedang dikerjakan tiga lantai tersebut menjadi tidak stabil atau labil. Celakanya di lantai satu masih dipakai untuk kegiatan belajar, ngaji," tegasnya.

Sebelumnya, sebuah bangunan penuh dengan ratusan santri di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Desa Buduran, Sidoarjo ambruk. Akibanya banyak yang tertimbun reruntuhan.

Ketua RT setempat, Munir mengatakan ambruknya bangunan terjadi pada sekitar pukul 15.00 WIB saat salat asar. Ia menyebut ambruknya bangunan tersebut disertai suara gemuruh dan getaran seperti gempa bumi.

"Habis salat asar itu ada suara gemuruh ada getaran seperti gempa ternyata musala," kata Munir, Senin (29/9/2025).




(hil/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads