Seorang santri di Lumajang keracunan usai meneguk minuman bercampur air keras jenis asam klorida (HCL) yang diberikan temannya. Kini, korban Dewangga Eza Naufal Al Yusen (13) terbaring lemas di kamar rumahnya, Desa Tempeh Tengah, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang.
Berat badannya kini tinggal 24 kilogram. Organ pencernaannya mengalami luka serius hingga tak mampu lagi mencerna makanan. Anak pertama pasangan Arif Yusin (37) dan Ratna Purwari (38) ini hanya bisa bertahan hidup dengan mengonsumsi susu khusus sesuai anjuran dokter.
Kondisi memprihatinkan Dewangga bermula setelah ia minum cairan HCL yang disimpan dalam botol minuman kemasan oleh temannya sesama santri. Peristiwa tragis itu terjadi di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, tempat Dewangga menempuh pendidikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dewangga dan dua temannya menjadi korban ulah santri yang sengaja menaruh air keras ke dalam botol minuman kemasan. Dari tiga korban, hanya Dewangga yang mengalami dampak serius.
"Kejadian 10 Juli di pondok, setelah mengaji salah satu temannya main ke gudang, ada semen dan cairan HCL, kemudian cairan dituangkan ke botol minuman dan ditawarkan ke temannya, termasuk anak saya hingga mengalami muntah," ujar orang tua korban Ratna Purwari kepada detikJatim, Selasa (30/9/2025).
Korban sempat dibawa ke sejumlah rumah sakit untuk menjalani perawatan. Kini, di tengah kondisi tubuhnya yang memprihatinkan, pihak keluarga dan pesantren melakukan penggalangan dana untuk meringankan biaya penyembuhan Dewangga.
"Setelah kejadian, kami langsung membawa korban ke rumah sakit termasuk kami juga mengantarkan saat dirujuk ke rumah sakit. Namun, karena biaya yang sangat besar sehingga kami juga menggalang dana," ujar Dewan Pengasuh Ponpes Pondok Pesantren Ahmad Syaifudin Amin.
Penggalangan dana itu dilakukan lantaran Dewangga perlu mengonsumsi susu khusus anjuran dokter dan obat selama enam bulan. Di mana, biayanya di luar BPJS dengan nominal mencapai Rp 1 juta sehari.
(irb/hil)