Demonstrasi ricuh di Kota Malang yang berujung perusakan pos polisi dan sejumlah infrastruktur menyebabkan kerugian hampir Rp3,8 miliar. Sedikitnya 22 pos polisi dilaporkan mengalami kerusakan.
Wakapolresta Malang Kota AKBP Oskar Syamsuddin menyebut, pos polisi di kawasan Alun-Alun Merdeka dan Sarinah menjadi yang paling parah terdampak.
"Kerusakan yang paling banyak di pos polisi Alun-Alun, karena ada kerusakan videotron dan server E-TLE. Itu yang agak mahal, hingga nilai kerugiannya besar," kata Oskar kepada wartawan, Sabtu (27/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, kerugian diperkirakan sekitar Rp2 miliar. Namun, setelah proses inventarisasi lebih lanjut, nilainya meningkat hingga Rp3,8 miliar. Kerusakan itu termasuk kendaraan dinas yang ikut jadi sasaran massa.
"Kalau kendaraan Polri memang ada yang rusak, tapi itu masih bisa diperbaiki. Tidak ada yang dibakar. Justru kendaraan yang dibakar itu milik warga, korban kecelakaan lalu lintas yang saat itu sedang diamankan," jelas Oskar.
Ia menambahkan, pihaknya sudah mengajukan permohonan perbaikan fasilitas ke Pemerintah Kota Malang. Saat ini, perbaikan awal seperti penggantian kaca yang pecah mulai dilakukan, baik di pos polisi maupun bangunan milik Pemkot Malang.
"Perbaikan pos-pos yang rusak sudah mulai dilakukan. Untuk kerusakan ringan seperti kaca pecah mulai diperbaiki," ungkapnya.
Terkait dugaan adanya pihak yang menggerakkan massa, Oskar menegaskan penyelidikan masih berlangsung.
"Untuk saat ini kami masih fokus pada pendalaman peran masing-masing dari 17 orang yang sudah diamankan. Soal ada atau tidaknya yang menggerakkan, itu masih kita dalami," pungkasnya.
Sejauh ini, 17 orang telah ditetapkan sebagai tersangka terkait aksi rusuh di Kota Malang akhir Agustus 2025 lalu. Mereka berasal dari beragam latar belakang, mulai dari mahasiswa, driver ojek online, hingga karyawan swasta
(ihc/ihc)












































