Fenomena Gerhana Matahari Parsial kembali terjadi dan dapat disaksikan secara langsung di beberapa negara. Peristiwa ini sangat dinantikan kalangan astronomi, pengamat langit, dan penggemar astronomi, karena dipastikan akan menjadi gerhana langit terakhir tahun ini.
Namun, sayangnya, peristiwa ini tidak dapat disaksikan dari Indonesia karena lintasan bayangan Bulan tidak melewati kawasan Asia Tenggara. Meski demikian, bagi masyarakat Indonesia yang ingin menyaksikan peristiwa langka ini, tersedia tayangan langsung melalui live streaming.
Untuk menyaksikan Gerhana Matahari Parsial September 2025 secara online, dapat mengakses siaran langsung yang tersedia. Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan fenomena astronomi ini meskipun tidak dapat dilihat langsung dari Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu Gerhana Matahari Parsial September 2025
Mengutip dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Gerhana Matahari Parsial terjadi saat Bulan menutupi sebagian piring matahari. BMKG sendiri telah merinci Gerhana Matahari Parsial, yang akan terjadi pada Minggu 21 September 2025, sebagai berikut.
- Gerhana Sebagian: mulai di lokasi awal 17.29.31 UT
- Puncak Gerhana: 19.41.43 UT
- Gerhana Sebagian: berakhir di lokasi akhir 21.53.33 UT
Lokasi Menyaksikan Gerhana Matahari Parsial September 2025
Menurut IFL Scince, Gerhana Matahari Parsial dapat ditonton sekitar 16 juta orang. Namun, tidak semua wilayah bisa menyaksikannya secara langsung. Mengutip dari detikEdu, berikut daftar lokasi yang dapat melihat Gerhana Matahari Parsial, di antaranya sebagai berikut.
- Kota Australia bagian timur
- Vanuatu
- Fiji
- Selandia Baru
- Tuvalu
- Tonga
- Kepulauan Cook
- Samoa
- Kiribati
- Polinesia Prancis
- New Caledonia
- Wallis dan Futuna
- Niue
- Tokelau
- Antartika
- American Samoa
- Norfolk Island
Meski lokasi tersebut bisa menyaksikan secara langsung, tetapi ada hal yang harus diperhatikan, karena berdasarkan sumber dari NASA, menonton Gerhana Matahari dengan mata telanjang dapat menyebabkan cedera mata, meski melihatnya dengan lensa kamera, teropong, atau teleskop.
Jadi, sebagai antisipasi, langkah baiknya menggunakan filter matahari khusus berupa kacamata hitam. Apabila tidak memiliki filter khusus tersebut, lebih baik menonton streaming online.
Cara Menonton Gerhana Matahari Parsial Online 2025
Meski Indonesia tidak termasuk lokasi yang dapat menyaksikan Gerhana Matahari Parsial, tapi jangan khawatir detikers karena ada cara online yang bisa dikunjungi untuk melihatnya. Salah satu media yang menyiarkan fenomena Gerhana Matahari Parsial yakni Time and Date. Link live streaming-nya di bawah ini.
Apa Itu Gerhana Matahari Parsial dan Proses Terjadinya
Gerhana Matahari Parsial terjadi ketika Bulan berada di antara Matahari dan Bumi, tetapi tidak menutupi seluruh piringan Matahari. Wilayah di Bumi yang berada dalam penumbra, yaitu bayangan sebagian dari Bulan, akan menyaksikan fenomena ini.
Sementara wilayah di luar penumbra tidak akan melihat Gerhana Matahari Parsial sama sekali. Proses terjadinya Gerhana Matahari Parsial dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut.
- Bulan bergerak di orbitnya hingga berada di jalur antara Bumi dan Matahari.
- Terbentuk bayangan Bulan, yang terdiri dari:
- Umbra: bayangan gelap inti, yang menyebabkan gerhana total jika sampai ke permukaan Bumi.
- Penumbra: bayangan kabur di sekitar umbra, di mana Matahari hanya tertutup sebagian.
Gerhana Matahari Parsial terjadi ketika hanya bayangan penumbra yang jatuh ke Bumi, sementara umbra tidak sampai. Akibatnya, Matahari tampak "tergigit" Bulan, tetapi tidak gelap total.
Fase maksimum terjadi ketika sebagian terbesar piringan Matahari tertutup oleh Bulan, kemudian Bulan terus bergerak dan gerhana berakhir saat Matahari kembali sepenuhnya terlihat.
Fenomena ini menegaskan tidak semua Gerhana Matahari menghasilkan kegelapan total, sebagian wilayah hanya menyaksikan Matahari terselip sebagian oleh Bulan. Dengan memahami proses ini, pengamat dapat lebih mudah membayangkan bagaimana bayangan Bulan mempengaruhi cahaya Matahari yang sampai ke Bumi.
Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(hil/irb)