Khofifah Turun ke Sungai Pimpin Aksi Bersih Sampah WCD 2025 Probolinggo

Khofifah Turun ke Sungai Pimpin Aksi Bersih Sampah WCD 2025 Probolinggo

M Rofiq - detikJatim
Sabtu, 20 Sep 2025 13:20 WIB
Khofifah Turun ke Sungai Pimpin Aksi Bersih Sampah WCD 2025
Khofifah Turun ke Sungai Pimpin Aksi Bersih Sampah WCD 2025/Foto: M Rofiq/detikJatim
Probolinggo -

Peringatan World Clean Up Day (WCD) 2025 di Kota Probolinggo, Sabtu (20/9/2025), berlangsung istimewa. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa tidak hanya hadir memberi sambutan, melainkan juga terjun (jegur) ke Sungai Legundi untuk memimpin aksi gotong royong membersihkan sampah bersama ratusan peserta.

Kegiatan yang dipusatkan di kawasan Jalan Profesor Hamka, tepatnya di halaman RS Ar Rozy yang berbatasan dengan sungai, menjadi simbol nyata mitigasi bencana lingkungan.

Berbekal sepatu bot dan sarung tangan, Khofifah tampak penuh semangat memungut sampah yang menumpuk di aliran sungai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setiap sampah yang kita angkat hari ini adalah satu ancaman bencana yang bisa kita cegah di masa depan. Langkah kecil, tetapi berdampak besar," tutur Khofifah.

ADVERTISEMENT

Aksi kerja bakti ini melibatkan sekitar 650 relawan dari unsur Polri, TNI (Korps Marinir Grati dan Yon Zipur 10/2 Kostrad), Pramuka, komunitas pencinta alam, hingga kelompok masyarakat seperti Perkumpulan Peduli Sampah (Papesa) dan paguyuban penarik gerobak sampah.

Dalam arahannya, Khofifah kembali menegaskan komitmen pemerintah dalam pengelolaan sampah.

"Target nasional adalah Indonesia Bersih 2029, di mana 100 persen sampah tertangani dengan baik. Tahun 2026 minimal 60 persen, 2027 meningkat 70 persen, dan pada 2028 harus 80 persen," tegasnya.

Menurut Khofifah, pencapaian tersebut hanya mungkin diraih bila ada kerja sama solid dari semua pihak, mulai pemerintah provinsi, kabupaten/kota, hingga masyarakat di tingkat bawah.

Sungai Legundi dipilih sebagai lokasi utama WCD 2025 Jatim karena memiliki catatan banjir yang pernah merendam permukiman warga. Dengan pembersihan ini, diharapkan fungsi sungai kembali normal sekaligus mengurangi risiko bencana serupa.

Para relawan dibagi menjadi tiga kelompok agar pembersihan lebih terarah. Nuansa kebersamaan sangat terasa sepanjang kegiatan, terutama karena Khofifah ikut turun mengangkut sampah bersama masyarakat.

Aksi tersebut bukan hanya menyulut semangat relawan, tetapi juga menjadi pesan kuat bahwa kepemimpinan dimulai dari teladan. Melawan sampah bukan sekadar wacana, melainkan tanggung jawab bersama demi menjaga keselamatan lingkungan.

Wali Kota Probolinggo dr Aminuddin menegaskan mitigasi bencana, khususnya banjir, menjadi prioritas utama pemerintah kota. Hal ini disampaikannya saat menghadiri peringatan WCD 2025 di Sungai Legundi.

Menurut Aminuddin, banjir merupakan ancaman yang paling diperhatikan di Probolinggo. Ia menyebut, 80 persen penyebab banjir berasal dari akumulasi sampah, terutama plastik.

"Setiap kegiatan clean up, kami juga melakukan uji laboratorium untuk mengetahui kadar mikroplastik di sungai. Di Sungai Legundi, sebelum clean up tercatat 58,5 mikro per liter. Biasanya setelah pembersihan, kadar itu bisa menurun," ujarnya.

Ia menjelaskan, Kota Probolinggo menjadi satu-satunya daerah di Jawa Timur yang melaksanakan clean up dengan pendahuluan uji laboratorium. Cara ini dilakukan agar hasil penanganan sampah dapat terukur dengan jelas.

Aminuddin optimistis target nasional penanganan sampah bisa dicapai lebih cepat. Ia menuturkan, revitalisasi drainase dan irigasi di Kota Probolinggo telah berjalan 80 persen, dan ditargetkan pada 2026 kota bisa terbebas dari banjir.

"Harapan kami, upaya ini juga mendukung terwujudnya program Bersolek (Bersih, Sehat, dan Kolektif) sekaligus meraih Adipura. Dengan begitu, Kota Probolinggo siap menjadi penyangga utama pariwisata Bromo Tengger Semeru," tambahnya.

Selain itu, Pemkot Probolinggo memperkuat kolaborasi dengan Pemkab Probolinggo, mengingat aliran Sungai Legundi melewati wilayah kabupaten. Hampir 60 persen anak sungai di kota tersebut kini telah ditangani melalui aksi bersih-bersih berkelanjutan.

"Banjir yang pernah terjadi di Sungai Legundi menjadi pelajaran penting. Karena itu, pembersihan harus dilakukan menyeluruh, tidak hanya di hilir tetapi juga dari hulu," pungkas Aminuddin.




(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads