Angka kasus HIV di Ponorogo bikin waspada. Selama Januari hingga Agustus 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat ada 114 temuan baru. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai pelanggan seks, pekerja seks, hingga pelajar dan calon pengantin.
"Dari Januari sampai Agustus ada 114 kasus HIV baru. Penyebabnya bermacam-macam. Ada LSL (Lelaki Suka Lelaki)," ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Ponorogo, Anik Setyarini saat ditemui di kantornya, Gedung Terpadu Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Tonatan, Selasa (16/9/2025).
Anik merinci, kasus HIV baru itu paling banyak berasal dari pelanggan seks sebanyak 25 orang, disusul pekerja seks komersial (PSK) atau wanita pekerja seks (WPS) sebanyak 23 kasus. Sementara kelompok LSL tercatat 13 kasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk tahun ini, 114 yang tercatat usianya bervariasi. Ada pelajar usia 15-19 tahun ada satu orang," jelasnya.
Selain pelajar, ada pula 3 orang berusia 20-25 tahun yang positif HIV. Selebihnya, mayoritas pengidap berada di usia produktif di atas 25 tahun.
"Dari 114 kasus itu, ada 5 catin (calon pengantin) yang juga terkonfirmasi positif HIV. Juga 4 kasus dari pasangan ODHIV," terang Anik.
Kasus juga ditemukan pada kelompok berisiko tinggi lainnya. Di antaranya 2 ibu hamil (bumil), 20 orang penderita tuberkulosis (TB-HIV), satu kasus dari infeksi menular seksual (IMS), serta satu warga binaan pemasyarakatan (WBP).
Tahun ini, Dinkes Ponorogo menargetkan 14.888 orang menjalani skrining HIV. Hingga akhir Agustus 2025, skrining sudah dilakukan terhadap 7.829 orang.
"Kami melakukan berbagai upaya. Seperti skrining wajib dan rutin pada populasi kunci, yakni bumil, catin, WBP, WPS, dan lainnya," tegas Anik.
Menurutnya, deteksi dini sangat penting agar pengobatan bisa segera dilakukan sekaligus mencegah penularan lebih luas.
"Kalau ditemukan sejak awal, pengobatan bisa segera diberikan. Termasuk mencegah agar tidak menularkan kasus tersebut ke orang lain," pungkasnya.
(auh/hil)