Sebuah kapal nelayan asal Lamongan tenggelam setelah menabrak tongkang di perairan Paciran. Beruntung, 13 anak buah kapal (ABK) yang berada di atas kapal tersebut selamat.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, nelayan tersebut berasal dari Desa Blimbing, Kecamatan Paciran. Mereka mengalami kecelakaan laut di perairan 8 mil utara Desa Paciran pada Senin (15/9/2025).
Para nelayan ini menggunakan kapal KMN Semi Jaya yang dinakhodai Hidayat (48) bersama 12 ABK, yakni Rojit (65), M Robin (60), Aripin (45), Warkim (60), Sulazim (50), Zoni (49), Siswoyo (53), Putro (40), Subanjar (59), Jumanap (46), Suripto (46), dan Anam (48).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
KMN Semi Jaya berangkat melaut pada Senin (16/9/2025) pukul 02.30 WIB menuju perairan Gresik. Kapal itu menabrak bagian belakang tongkang hingga tenggelam.
Seluruh ABK berhamburan menyelamatkan diri dengan berpegangan pada benda di sekitar. Beruntung, semuanya mengenakan pelampung keselamatan sehingga bisa bertahan.
Sekitar pukul 05.00 WIB, dua perahu nelayan asal Desa Paciran yang dinakhodai Asyari (45) dan Hanif (37) melintas di dekat lokasi saat hendak menangkap rajungan. Keduanya membatalkan melaut untuk menolong 13 ABK dan mengevakuasi mereka ke TPI lama Desa Blimbing, Kecamatan Paciran, dalam keadaan selamat.
Kasat Polairud Polres Lamongan, AKP I Nyoman Ardita telah mengecek lokasi akhir evakuasi di kantor Rukun Nelayan Desa Blimbing. Ia berpesan agar seluruh nelayan wajib mengenakan pelampung saat melaut demi keselamatan.
"Semua nelayan wajib pakai pelampung agar saat terjadi kecelakaan laut tidak terjadi hal-hal yang fatal. Kepada stakeholder, mari kampanyekan terus menerus agar nelayan memakai pelampung ketika melaut, agar selamat," pesan Ardita.
Ia hadir bersama Koordinator Unit Siaga SAR Bojonegoro Nanang Pujo, Ketua Rukun Nelayan Blimbing Nur Wahid, serta Ketua Rukun Nelayan Paciran sekaligus Ketua Forkom Nelayan Rajungan Lamongan Muchlisin Amar.
Di lokasi yang sama, Koordinator Unit Siaga Basarnas Bojonegoro, Nanang Pujo, berharap adanya kantor unit di wilayah Pantura Lamongan. Hal itu didasari seringnya kecelakaan laut yang dialami nelayan Lamongan serta jumlah kapal yang mencapai 4.600 unit dengan berbagai ukuran GT dan jenis alat tangkap, sehingga penanganan bisa lebih efektif tanpa harus dari Bojonegoro.
(auh/hil)