Istri Kabur, Anak Pertama Lari, Dua Saudara di Bawah Umur Jadi Korban KDRT

Istri Kabur, Anak Pertama Lari, Dua Saudara di Bawah Umur Jadi Korban KDRT

Mira Rachmalia - detikJatim
Sabtu, 13 Sep 2025 10:20 WIB
Pemkot Surabaya saat mengevakuasi A, B, dan BS
Pemkot Surabaya Evakuasi Dua Anak di Bawah Umur Korban KDRT Foto: Esti Widiyana/detikJatim
Surabaya -

Kisah pilu keluarga di Kutisari Selatan, Surabaya, akhirnya terbongkar. Seorang istri kabur tak lama setelah melahirkan anak bungsu, sementara anak pertama memilih melarikan diri ke panti asuhan karena tak tahan dengan perlakuan sang ayah. Tinggal lah dua anak di bawah umur yang harus merawat ayah mereka yang lumpuh. Bukannya mendapat kasih sayang, keduanya justru mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Korban berinisial A (4) dan B (7) selama setahun terakhir hidup dalam kondisi memprihatinkan. Mereka tidak bersekolah karena harus menjaga ayahnya, BS, yang lumpuh kedua kakinya. Namun penderitaan makin bertambah ketika B ditemukan mengalami luka dan lebam akibat dipukul dengan rotan oleh BS. Fakta itu terungkap setelah Pemkot Surabaya turun tangan mengevakuasi kedua anak tersebut.

Camat Tenggilis, Wawan Windarto, membenarkan bahwa A dan B kini telah diamankan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). Sementara BS dibawa ke RS Menur untuk mendapat perawatan karena kondisi kesehatannya yang makin memburuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Target utama kita adalah menyelamatkan anak-anak ini agar mendapatkan pengasuhan yang layak, termasuk hak mereka untuk kembali bersekolah," kata Wawan, Jumat (12/9/2025).

ADVERTISEMENT

Kasus KDRT ini ternyata bukan pertama kali terjadi. Ketua RT setempat, Sunoko, mengungkapkan bahwa istri BS sudah kabur sejak empat tahun lalu, hanya sepekan setelah melahirkan A. Anak pertama, BE (16), juga melarikan diri enam bulan lalu ke panti asuhan di bawah naungan gereja karena tak tahan menghadapi kekerasan ayahnya. Kini, setelah A dan B ikut dievakuasi, ketiganya akan tinggal di panti yang sama.

Kepala DP3APPKB Surabaya, Ida Widayati, memastikan pemerintah kota akan memulihkan hak pendidikan dan psikologis ketiga anak tersebut. BE yang sempat putus sekolah setelah SMP akan difasilitasi kejar paket, sementara A dan B akan kembali masuk sekolah sesuai usia mereka.

"Ketiganya membutuhkan pemulihan psikologis karena sejak kecil sudah mendapat kekerasan. Mereka perlu trauma healing agar bisa kembali menjalani kehidupan normal," jelas Ida.

Proses evakuasi disebut berlangsung dramatis karena BS berkali-kali menolak melepas kedua anaknya. Namun dengan koordinasi lintas instansi, termasuk Dinsos dan Puskesmas, anak-anak akhirnya berhasil diamankan.

Selain fokus pada anak, kondisi mental BS juga menjadi perhatian pemerintah. Ia diduga mengalami depresi berat akibat lumpuh, tidak bekerja, dan minim interaksi sosial.




(ihc/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads