Rekam Jejak Sri Mulyani Sang Arsitek Ekonomi Indonesia

Rekam Jejak Sri Mulyani Sang Arsitek Ekonomi Indonesia

Fadya Majida Az-Zahra - detikJatim
Rabu, 10 Sep 2025 15:45 WIB
Gaya Sri Mulyani
Mantan Menteri Keuangan, SRI MULYANI. Foto: Instagram/@Srimulyani
Surabaya -

Di dunia ekonomi dan keuangan Indonesia, nama Sri Mulyani Indrawati selalu menjadi sorotan. Rekam jejaknya sebagai seorang ekonom dan birokrat menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam menata kebijakan fiskal dan keuangan negara.

Perjalanan kariernya adalah kisah tentang kecemerlangan akademik dan pengabdian tanpa henti kepada negara. Lalu, bagaimana seorang Sri Mulyani menjadi sosok yang berperan besar dalam keuangan Indonesia?

Profil Sri Mulyani

Nama Sri Mulyani Indrawati sudah lama melekat sebagai salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh dalam sejarah ekonomi Indonesia. Lahir di Bandar Lampung pada 26 Agustus 1962, ia merupakan putri pasangan Prof Dr Satmoko dan Retno Sriningsih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak kecil, Sri Mulyani dikenal sebagai pribadi yang tekun, disiplin, dan gemar membaca. Nilai akademiknya selalu menonjol, sehingga membuatnya menempati posisi terbaik di sekolah. Sebagai anak ketujuh dari 10 bersaudara, ia tumbuh dalam keluarga yang menekankan pentingnya pendidikan.

Lingkungan akademis inilah yang membentuk karakter Sri Mulyani, yaitu cerdas, kritis, namun tetap rendah hati. Ia sempat menempuh pendidikan di sekolah dasar hingga menengah di Lampung, sebelum kemudian melanjutkan kuliah di Jakarta. Kecintaannya pada ilmu ekonomi muncul sejak bangku kuliah.

ADVERTISEMENT

Terutama karena ia ingin memahami persoalan ketidakadilan sosial dan pembangunan di Indonesia. Semangat itu menjadi benih dari karier panjangnya sebagai ekonom, akademisi, hingga birokrat. Dari awal, ia percaya ilmu ekonomi bukan sekadar teori, melainkan alat untuk menata negara agar lebih adil dan sejahtera.

Pendidikan dan Karier Awal Sri Mulyani

Pendidikan formal Sri Mulyani dimulai di SMP Negeri 2 Bandar Lampung dan dilanjutkan ke SMA Negeri 3 Semarang. Ketekunannya mengantarkan ia diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), tempat ia menyelesaikan pendidikan sarjana.

Setelah lulus, ia melanjutkan studinya ke University of Illinois Urbana-Champaign, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master of Science (M.Sc.) pada 1990 dan Ph.D. di bidang ekonomi pada 1992. Di universitas ini, ia juga sempat menjadi asisten profesor.

Kembali ke Indonesia, Sri Mulyani menjadi pengajar di FEUI dan aktif dalam riset kebijakan publik di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEUI. Perjalanannya di lembaga ini dimulai dari asisten pengajar.

Kemudian menjabat sebagai wakil kepala bidang penelitian, hingga akhirnya diangkat sebagai Kepala LPEM FEUI pada Juni 1998. Reputasinya sebagai ekonom muda yang tajam dalam analisis dan progresif dalam gagasan mulai terbentuk dari sini.

Selain mengajar di program S1, S2, dan S3 Universitas Indonesia, ia juga berperan aktif dalam berbagai forum ilmiah nasional, termasuk sebagai narasumber untuk tim reformasi hukum, tim perbankan, dan dewan juri lomba karya ilmiah remaja LIPI-TVRI.

Sri Mulyani juga aktif dalam organisasi profesi, seperti Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), di mana ia menjabat sebagai Ketua I Bidang Kebijakan Ekonomi Dalam dan Luar Negeri.

Peran di Pemerintahan

Karier birokratis Sri Mulyani semakin cemerlang saat ia bergabung dalam kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada 2004, ia ditunjuk sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Setahun kemudian, pada 5 Desember 2005, ia dipindahkan menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar.

Pada periode inilah menjadi puncak dari karier Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Pada masa jabatan pertamanya, ia melakukan berbagai reformasi fundamental di Kementerian Keuangan. Ia berfokus pada perbaikan sistem perpajakan, optimalisasi penerimaan negara, dan penataan anggaran yang lebih transparan.

Kebijakannya berhasil meningkatkan kredibilitas fiskal Indonesia di mata dunia. Atas kinerjanya, ia dianugerahi penghargaan Menteri Keuangan Terbaik se-Asia oleh majalah Euromoney pada 2006. Sebagai Menkeu, Sri Mulyani dikenal sebagai reformis yang berani.

Ia melakukan pembenahan besar di Kementerian Keuangan, memperkuat penerimaan negara, meningkatkan transparansi fiskal, dan memberantas praktik korupsi di lingkungan birokrasi pajak. Langkah-langkah tersebut meningkatkan kredibilitas fiskal Indonesia di mata internasional.

Pada 2008, ia sempat menjadi Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menggantikan Boediono yang terpilih sebagai Gubernur Bank Indonesia. Peran gandanya semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu teknokrat kunci dalam pembangunan ekonomi Indonesia.

Karier internasionalnya cemerlang di Bank Dunia. Namun, pada 2016, Presiden Joko Widodo memanggilnya pulang untuk kembali menjabat Menteri Keuangan. Selama dua periode, ia memainkan peran penting menjaga stabilitas fiskal, termasuk saat pandemi COVID-19.

Melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), ia merancang kebijakan strategis untuk menanggulangi dampak krisis, mengelola utang negara, sekaligus mendorong reformasi struktural.

Kiprah Global di Bank Dunia

Sri Mulyani mencatat sejarah pada 1 Juni 2010 sebagai perempuan sekaligus orang Indonesia pertama yang menduduki kursi Direktur Pelaksana Bank Dunia. Jabatan prestisius itu bukan hanya pengakuan atas kapasitas intelektualnya, tetapi juga menempatkannya di jajaran pemimpin global yang berpengaruh.

Di Bank Dunia, ia mengawasi kebijakan pembangunan bagi negara berkembang, mendorong transparansi fiskal, dan mendukung agenda pengentasan kemiskinan serta pengurangan ketimpangan. Pengalaman ini memperkaya perspektifnya tentang peran negara dalam pembangunan ekonomi.

Dalam forum internasional, seperti IMF-World Bank Spring Meetings 2024 di Washington DC, Sri Mulyani tampil sebagai representasi Indonesia. Ia menekankan pentingnya kolaborasi global menghadapi tantangan ekonomi, iklim, dan pembangunan berkelanjutan.

Di kesempatan itu, ia juga menyoroti transisi energi yang adil, inovasi pembiayaan, serta penguatan ekonomi digital ASEAN lewat ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA).

Sebagai pemimpin Coalition of Finance Ministers for Climate Action, Sri Mulyani menyerukan disiplin fiskal, reformasi struktural, dan kerja sama internasional. Perannya menegaskan posisi Indonesia sebagai aktor penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dunia.

Warisan kebijakan Sri Mulyani, dari transparansi fiskal hingga reformasi kelembagaan, menjadi pijakan penting bagi perekonomian Indonesia. Ia dikenal berani mengambil keputusan sulit dengan integritas tinggi, menjadikannya salah satu figur paling berpengaruh dalam sejarah kebijakan fiskal Indonesia.

Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads