Pengolahan limbah organik di Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) Desa/Kecamatan Sekaran mulai membuahkan hasil nyata. Sampah rumah tangga kini diolah menjadi pupuk organik dan pakan ternak yang dinilai mampu mendukung program swasembada pangan sekaligus menekan biaya produksi petani.
Dosen Prodi Peternakan Universitas Islam Lamongan (Unisla), Anik Fadlilah, menjelaskan bahwa pengolahan limbah di TPS 3R menghasilkan berbagai produk, mulai dari pupuk organik cair, pupuk kandang, hingga pakan maggot. Pakan maggot tersebut bisa digunakan untuk ikan maupun ayam.
"Dengan adanya pengolahan limbah di TPS 3R, kami bisa mengintegrasikan budidaya melon dan pakan ayam yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani dari daging," ujar Anik Fadlilah kepada wartawan, Minggu (7/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Anik, kondisi lahan pertanian di Desa Sekaran sangat mendukung. Ia menyebut hasil panen melon meningkat hingga 30 persen setelah penggunaan pupuk organik.
"Sebelum pakai pupuk organik, hasilnya standar. Sekarang naik signifikan," tambahnya.
![]() |
Dari sisi biaya, pupuk organik juga dinilai lebih efisien.
"Sebelum pakai pupuk organik, biaya pupuk bisa Rp5-7 juta per sekali tanam. Dengan organik, bisa lebih hemat 10-20 persen dan ramah lingkungan," jelasnya.
Kepala Desa Sekaran, Isman Afandi, menyambut positif program ini. Ia berharap pemanfaatan kotoran ayam, kambing, hingga sampah pasar sebagai bahan pupuk organik bisa diterapkan lebih luas di desa.
"Saya ingin TPS 3R dan kelompok tani benar-benar menerapkan pupuk organik ini. Apalagi sekolah tani di desa sudah mulai mencoba," kata Isman.
Hasil penelitian sekolah tani menunjukkan, penggunaan pupuk organik bahkan dapat menekan biaya hingga 50 persen.
"Bahan pembuatannya juga masih mudah diperoleh, terutama dari sampah pasar yang melimpah," tambahnya.
Meski masih dalam tahap pengembangan, Isman optimistis TPS 3R Sekaran bisa menjadi percontohan.
"Dengan ilmu dan penerapan pupuk organik, limbah masyarakat bisa dimanfaatkan maksimal untuk pertanian berkelanjutan," pungkasnya.
(ihc/hil)