Kata Pakar Pendidikan Soal Keterlibatan Anak dalam Demo Rusuh

Kata Pakar Pendidikan Soal Keterlibatan Anak dalam Demo Rusuh

Aprilia Devi - detikJatim
Minggu, 31 Agu 2025 19:21 WIB
Pagar Gedung Negara Grahadi dijebol massa demo
Demo anarkis di gedung Grahadi (Foto: Faiq Azmi/detikJatim)
Surabaya -

Situasi yang belakangan dinilai kurang kondusif di sejumlah titik di Surabaya membuat perhatian terhadap anak-anak kian meningkat. Sejumlah pihak juga mulai mengajak untuk saling jaga kondisifitas, terutama di Kota Surabaya.

Pakar pendidikan sekaligus pemerhati anak dari LPA Jawa Timur, Isa Ansori, mengajak semua pihak, khususnya orang tua dan pemerintah, untuk lebih ketat menjaga anak-anak agar tidak terlibat maupun terdampak aksi-aksi yang berpotensi membahayakan mereka.

Isa menyoroti adanya data yang menunjukkan keterlibatan anak-anak dalam situasi yang menegangkan di ruang publik, hingga beberapa di antaranya diamankan oleh aparat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya, jadi kalau lihat data itu kan banyak anak-anak yang kemudian diamankan oleh aparat. Anak-anak ini kan kadang ada di lokasi-lokasi aksi yang dekat dengan sekolah, seperti SMA 6, SMA 3, atau SDN di kawasan pusat kota," kata Isa saat dihubungi detikJatim, Minggu (31/8/2025).

ADVERTISEMENT

Menurut Isa, situasi ini tidak bisa dianggap sepele. Anak-anak yang semestinya fokus belajar justru berpotensi terseret dalam dinamika aksi yang tidak sepenuhnya aman bagi mereka.

Untuk itu, LPA Jatim sendiri telah menyampaikan sikap dan imbauan resmi kepada pemerintah sebagai upaya pencegahan di tengah situasi tidak menentu.

"Kami mendorong adanya alternatif belajar yang lebih aman. Bisa melalui pembelajaran daring, penugasan mandiri, atau bentuk lainnya. Yang penting, proses belajarnya tetap berjalan, tapi dengan meminimalkan risiko," tegasnya.

Isa juga menyoroti pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak, terutama jika sekolah mengambil kebijakan libur karena alasan keamanan.

"Pertanyaannya, kalau anak-anak diliburkan, siapa yang mendampingi mereka? Tidak semua orang tua bisa di rumah. Banyak yang bekerja. Di sinilah pemerintah kota harus hadir dengan memberi ruang fleksibel. Misalnya, orang tua bisa mengajak anak-anaknya ke tempat kerja, terutama yang masih usia TK atau SD," jelasnya.

Menurutnya, hal ini bisa menjadi solusi konkret agar anak tetap dalam pengawasan, serta tidak berada di luar rumah tanpa kontrol yang jelas.

"Kota Surabaya kan mengusung sebagai kota layak anak. Jadi, anak-anak bukan hanya dilindungi dari bahaya, tapi juga diberi kesempatan tetap dekat dengan orang tuanya," tambah Isa.

Lebih jauh, Isa juga meminta aparat agar lebih mengedepankan pendekatan yang ramah anak jika memang ada anak yang terlanjur diamankan. Ia menekankan pentingnya komunikasi dengan orang tua dan segera mengembalikan anak ke rumah untuk menghindari dampak psikologis.

"Kalau memang ada anak yang diamankan, segera komunikasikan dengan orang tuanya. Jangan terlalu lama di ruang kepolisian, itu bisa menimbulkan trauma. Negara harus hadir dalam bentuk perlindungan," tegasnya.

Ia juga mewanti-wanti potensi anak menjadi korban manipulasi dalam aksi massa. Di beberapa kejadian, Isa melihat anak-anak bahkan terlibat dan rawan terjebak kerusuhan.

Isa pun mengajak warga Kota Surabaya untuk bersama-sama menjaga situasi tetap kondusif. Ia mengingatkan bahwa penyampaian aspirasi adalah hak, namun harus dilakukan secara santun dan bertanggung jawab.

"Menyampaikan aspirasi itu dilindungi undang-undang. Tapi caranya harus beretika dan penuh empati. Kalau dilakukan dengan cara yang tidak bertanggung jawab, malah tidak mendapat simpati," ujarnya.

"Kota ini milik kita bersama. Fasilitas publik juga milik kita bersama. Jadi mari jaga bareng-bareng, demi kebaikan semua, terutama anak-anak kita," pungkas Isa.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads