Gedung Negara Grahadi dibakar perusuh pada Sabtu (30/8) malam. Banyak masyarakat Kota Pahlawan menyayangkan aksi anarkis para perusuh lebih parah dari kerusuhan 1998.
"Cukup miris melihat kejadian ini, baru pertama kali ini. 98 saya ikut (demo), tapi tidak ini. Ini lebih parah (dari 1998)," kata Andi, warga Surabaya di depan Grahadi, Minggu (31/8/2025).
Baginya, aksi massa semalam terlalu anarkis. Apalagi cagar budaya yang seharusnya dijaga bersama malah jadi sasaran pembakaran dan penjarahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terlalu anarkis. Ini mengungkapkan kesakithatian rakyat. Mungkin emosional, tunggangan diluapkan di sini. Tidak separah dari 98. Saat 98 tidak seperti ini walau yang turun mahasiswa," jelasnya.
Andi pun kini bisa hanya berharap kondisi yang sedang tidak baik-baik saja ini segera selesai.
"Semoga ada kebijakan dari pemerintah, karena ini lebih parah dari 98, saya juga ikut dulu. Harapan kami semoga negara ini kondusif lagi dengan kebijakan lebih baik, yang bisa diciptakan pemerintah baru ini," pungkasnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sempat menemui massa dan meminta mereka tidak anarkis. Namun, sekitar sejam usai menemui demonstran, massa melakukan bakar-bakar di 5 titik.
Dari pantauan detikJatim, sekitar pukul 21.27 WIB massa mulai bakar-bakar. Ada 5 titik, spanduk hingga lapisan gapura dibakar. Massa juga menyalakan petasan dan diarahkan ke dalam Grahadi.
Sebelumnya Khofifah menemui massa aksi pukul 20.39 WIB ditemani Pangdam V Brawijaya Mayjend TNI Rudy Saladin. Situasi sempat tak kondusif dan ada yang melempar air ke arah Khofifah saat akan menyampaikan pernyataan.
Setelah menemui massa, Khofifah berharap massa kondusif. Sehingga tidak terjadi anarkis. Namun meski telah ditemui, massa malah melakukan bakar-bakar hingga membakar gedung Grahadi.
(dpe/abq)