Di halaman Pondok Modern Darussalam Gontor, beberapa santri tampak berlatih tali-temali dengan penuh semangat. Di antara mereka ada Fadhil (16), santri kelas 5 yang matanya berbinar saat menyebut kata Cibubur. Baginya, September nanti bukan sekadar agenda perkemahan, melainkan langkah kecil menuju panggung dunia.
"Ini kesempatan berharga, bisa bertemu teman-teman pramuka dari berbagai negara. Saya ingin belajar banyak, sekaligus memperkenalkan bahwa santri juga bisa menjadi pramuka dunia," ujar Fadhil, Rabu (27/8/2025).
Tas ransel hitamnya sudah mulai ia isi perlengkapan sederhana: kompas, senter, dan buku catatan kecil. Fadhil mengaku semakin giat berlatih baris-berbaris, keterampilan tali-temali, hingga pidato bahasa Arab dan Inggris. Semua itu ia persiapkan untuk menyambut World Moslem Scout Jamboree (WMSJ) 2025 yang akan digelar di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, 9-14 September mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau bisa, saya ingin jadi duta kecil Gontor. Saya ingin orang tahu bahwa Islam itu damai, dan pramuka bisa menjadi cara menyebarkannya," ujarnya penuh percaya diri.
Semangat Fadhil sejalan dengan pesan yang disampaikan Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal. Melalui pernyataan resmi yang diunggah di Instagram @wmsjamboree2025, Kiai Hasan mengajak seluruh alumni, keluarga besar Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM), hingga pramuka muslim di seluruh Indonesia untuk turut hadir meramaikan jambore akbar ini.
"Dalam rangka mengharumkan nama Islam dan Indonesia di mata dunia, serta membangun ukhuwah Islamiah, mari kita bersama-sama ikut meramaikan WMSJ," tegas Kiai Hasan.
Baginya, kepanduan memiliki akar kuat dalam ajaran Islam. "Kepanduan atau kepramukaan bersumber dari ajaran-ajaran Islam sejak Nabi Muhammad SAW. Maka mari semuanya bersama-sama meramaikan acara ini," tambahnya.
Ketua Panitia WMSJ, Riza Azhari, menyebut lebih dari 15 ribu peserta dari Indonesia dan 23 negara akan hadir. Bagi Riza, jambore ini lebih dari sekadar ajang kepramukaan, melainkan ruang untuk membentuk generasi muda sebagai agen perubahan (agent of change) sekaligus agen perdamaian (agent of peace).
"Kami berharap setiap peserta, baik dari nusantara maupun mancanegara, pulang dengan mental pemimpin yang berani, bertanggung jawab, dan bijak," kata Riza.
Ia menambahkan, pertemuan lintas budaya dan bangsa di WMSJ adalah modal penting untuk melahirkan aksi nyata bagi perdamaian dunia. "Di tengah meningkatnya ancaman konflik global, pemuda harus hadir sebagai jembatan persaudaraan dunia," ujarnya.
Dengan mengusung tema 'We Are Moslem: Civilized, United, and Peaceful', WMSJ 2025 ingin memperkuat pesan bahwa Islam hadir bukan sebagai sumber perpecahan, melainkan peradaban dan persaudaraan.
Bagi Fadhil dan ribuan santri lainnya, ajakan itu lebih dari sekadar seruan. Dari Ponorogo, mereka menyiapkan diri bukan hanya untuk berkemah, tetapi juga untuk menyuarakan perdamaian. Seperti kata Fadhil dengan mantap, "Kami ingin dunia tahu, santri bisa jadi pemimpin, sekaligus pembawa damai."
(auh/abq)