Jangan Lewatkan! Event Topeng Lentera Panji di Malang 29 Agustus 2025

Jangan Lewatkan! Event Topeng Lentera Panji di Malang 29 Agustus 2025

Mira Rachmalia - detikJatim
Selasa, 26 Agu 2025 13:00 WIB
Lentera Panji
Lentera Panji. Foto: Instagram @disbudparjatimprov
Malang -

Kekayaan budaya Jawa Timur kembali hadir dalam sebuah pagelaran istimewa bertajuk Topeng Lentera Panji. Acara ini akan digelar pada 29 Agustus 2025 di Taman Krida Budaya, Kota Malang, sebagai bagian dari rangkaian pertunjukan Topeng Panji yang sudah rutin digelar sejak awal tahun.

Menjadi edisi kelima, pagelaran ini diprediksi akan kembali menyedot perhatian masyarakat, khususnya generasi muda. Sebelumnya, empat pertunjukan Topeng Panji di Surabaya dan Malang terbukti sukses menghadirkan antusiasme besar dari penonton.

Hampir 90% audiens yang hadir berasal dari generasi Z, sebuah tanda positif bahwa kesenian tradisional Jawa Timur terus mendapatkan tempat di hati kaum muda. Tidak hanya penikmat lokal, penonton dari negara sahabat juga turut hadir, menjadikan acara ini sebagai bentuk akulturasi budaya yang penuh makna.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan menghadirkan lakon "Umbul-Umbul Mojopura", Topeng Lentera Panji 2025 diharapkan dapat menjadi momen bersejarah untuk memperkuat posisi kesenian Topeng Malangan sebagai warisan budaya yang relevan dengan perkembangan zaman.

Cerita Panji dalam Sejarah dan Legenda

Dirangkum dari Jurnal Sumaryono: Cerita Panji Antara Sejarah, Mitos, dan Legenda. Volume 26, Nomor 1, Januari 2011, Kisah Panji merupakan salah satu warisan budaya Jawa yang memiliki akar kuat dalam sejarah dan legenda.

ADVERTISEMENT

Menurut kajian akademis, cerita Panji diperkirakan muncul pada abad ke-13, menjelang berdirinya Kerajaan Majapahit. Hal ini diperkuat dengan bukti arkeologis berupa relief di Candi Panataran yang berasal dari tahun 1369.

Relief tersebut menggambarkan adegan Panji Kartala bersama panakawan Prasanta, sebuah penanda bahwa kisah Panji telah populer di masyarakat Jawa Timur pada masa itu. Jika ditelusuri lebih dalam, cerita Panji tidak lahir dalam ruang kosong, melainkan berakar dari dinamika politik dan sejarah Kerajaan Jawa kuno.

Pada tahun 1049, Raja Airlangga dari Kahuripan membagi wilayah pemerintahannya menjadi dua kerajaan, yaitu Jenggala di timur Sungai Brantas dan Panjalu (Kediri) di barat Sungai Brantas.

Pembagian ini bertujuan menjaga keseimbangan kekuasaan di antara putra-putranya. Dari sinilah muncul latar belakang historis yang kemudian diolah menjadi cerita Panji, dengan tokoh-tokoh utama yang melambangkan hubungan persaudaraan sekaligus rivalitas dua kerajaan tersebut.

Tokoh utama dalam kisah Panji adalah Panji Asmarabangun (Inu Kertapati) dari Jenggala dan Dewi Candrakirana (Sekartaji) dari Kediri. Dalam catatan sejarah, Candrakirana memang tercatat sebagai permaisuri Raja Kediri bernama Kammeswara.

Namun, dalam versi cerita rakyat, ia dikisahkan sebagai putri Kerajaan Kediri yang dipertunangkan dengan Panji Asmarabangun, putra mahkota Jenggala. Hubungan keduanya menjadi simbol penyatuan dua kerajaan sekaligus lambang cinta yang penuh pengorbanan.

Kisah percintaan Panji dan Candrakirana berkembang dalam berbagai versi di Nusantara. Kadang Panji tampil sebagai tokoh bernama Dewakusuma, sementara Candrakirana kerap disebut dengan nama Sekartaji. Versi cerita yang beragam ini mencerminkan luasnya persebaran budaya Panji yang tidak hanya hidup di Jawa, tetapi juga sampai ke Bali dan Kalimantan.

Selain sebagai legenda romantis, cerita Panji juga sarat makna filosofis. Ia mencerminkan pentingnya harmoni, kesetiaan, persaudaraan, dan perjuangan dalam menjaga keseimbangan hidup.

Nilai-nilai tersebut membuat cerita Panji tetap relevan hingga kini, bahkan menjadi sumber inspirasi dalam berbagai bentuk kesenian tradisional Jawa Timur, termasuk Topeng Malangan yang kini dipentaskan kembali dalam event Topeng Lentera Panji.

Topeng Malangan: Warisan Seni yang Terus Hidup

Topeng Malangan memiliki akar kuat di wilayah Malang sejak masa lalu. Seni pertunjukan ini dahulu tersebar di berbagai kecamatan seperti Dampit, Wajak, Ngajum, hingga Jabung. Namun, seiring waktu, jumlah kelompok penampil semakin berkurang.

Kini, pusat kesenian Topeng Malangan bertahan di Jabung dan Kedungmangga. Meski begitu, geliat pelestarian seni ini kembali bangkit. Banyak anak muda mulai mengenal dan mempelajari tarian topeng khas Malang.

Dukungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur pun menjadi energi baru, menghadirkan inovasi tanpa meninggalkan nilai tradisi. Media sosial, termasuk TikTok, juga menjadi sarana ampuh memperkenalkan Topeng Malangan ke generasi digital.

Rangkaian Pertunjukan Topeng Panji 2025

Sejak awal tahun, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur menggelar serangkaian pertunjukan Topeng Panji. Berikut rangkaian acara pertunjukan Topeng Panji 2025 di Malang.

  • Drama Tari Topeng: Lakon Rara Jiwa-Rara Tangis, 7 Maret 2025 di Taman Budaya Jawa Timur
  • Wayang Topeng Malangan: Lakon Panji Laras, 4 Mei 2025 di Taman Krida Budaya Jawa Timur
  • Drama Topeng Malangan Lakon Panji Mangu, 13 Juli 2025 di Taman Krida Budaya Jawa Timur
  • Topeng Panji: Lakon Panji-Sekartaji, 27 Juli 2025 di Taman Krida Budaya Jawa Timur
  • Topeng Lentera Panji: Lakon Umbul-Umbul Mojopura, 29 Agustus 2025 di Taman Krida Budaya Jawa Timur

Jadwal dan Informasi Event Topeng Lentera Panji 2025

  • Tanggal: Jumat 29 Agustus 2025
  • Lokasi: Taman Krida Budaya Malang
  • Open Gate: 18.00 WIB
  • HTM: Gratis

Pagelaran ini tidak hanya menampilkan seni pertunjukan, tetapi juga menjadi sarana mempertegas identitas budaya Jawa Timur. Dengan suguhan berkualitas, bernilai tinggi, serta menjunjung martabat daerah, Topeng Lentera Panji diharapkan menjadi wadah edukasi budaya sekaligus hiburan yang inspiratif.

Topeng Lentera Panji 29 Agustus 2025 adalah bukti nyata bahwa kesenian tradisional bisa tetap eksis di tengah arus modernisasi. Melalui inovasi, pelibatan generasi muda, serta dukungan berbagai pihak, seni Topeng Malangan terus hidup dan berkembang.

Bagi masyarakat Malang maupun wisatawan, acara Topeng Lentera Panji bukan sekadar hiburan, melainkan juga kesempatan untuk lebih mengenal kekayaan budaya Jawa Timur.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads