Pakar Soroti Kesejahteraan Guru Saat Separuh Anggaran Pendidikan untuk MBG

Pakar Soroti Kesejahteraan Guru Saat Separuh Anggaran Pendidikan untuk MBG

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 26 Agu 2025 08:30 WIB
Ilustrasi Guru Mengajar
Ilustrasi guru mengajar (Foto: Dok. Kemendikbudristek)
Surabaya -

Anggaran pendidikan dari APBN 2026 sebesar Rp 757,8 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp 335 triliun atau hampir separuhnya dianggarkan untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Menurut Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Achmad Hidayatullah PhD, program tersebut memiliki dampak positif, baik bagi peningkatan gizi peserta didik maupun penciptaan lapangan kerja baru. Namun, ia menyoroti besarnya porsi anggaran MBG yang diambil dari pos pendidikan.

"Yang menjadi catatan dan perdebatan di masyarakat, ketika anggaran MBG Rp 335 triliun itu diambil dari alokasi anggaran pendidikan yang 20 persen," kata Dayat, Selasa (26/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika benar, maka anggaran untuk beasiswa, kesejahteraan guru dan dosen, riset, serta infrastruktur pendidikan masih kecil," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Baginya, pemerintah perlu menjelaskan lebih rinci skema pembiayaan MBG dan mempertimbangkan sumber pendanaan lain. Berdasarkan amanat konstitusi mengenai alokasi minimal 20 persen APBN untuk pendidikan harus tetap dijaga secara substansial, bukan hanya formalitas angka.

Dayat juga menyoroti masih lemahnya dukungan pendidikan di daerah tertinggal. Di mana kesejahteraan guru yang belum memadai, hingga minimnya anggaran riset di perguruan tinggi.

"Kalau dibandingkan negara maju, anggaran pendidikan kita bukan hanya kecil, tapi juga terhambat kerumitan administrasi," ujarnya.

Diketahui, dari total Rp 757,8 Triliun anggaran pendidikan 2026, terbanyak digunakan untuk program MBG sebesar Rp 335 Triliun. Kemudian, sebesar Rp 178,7 Triliun digunakan untuk tunjangan guru/dosen. Rp 64,3 Triliun untuk BOS. Sedangkan Rp 57,8 Triliun untuk beasiswa LPDP, KIP, PIP.

Meski menuai kritik, pemerintah menyebut MBG sebagai investasi pendidikan jangka panjang. Dayat menjelaskan, sejumlah riset internasional menunjukkan manfaat pemberian makan bergizi di sekolah. Studi Kristjansson (2006) menemukan bahwa program ini meningkatkan kemampuan matematika siswa, sementara riset Zenebi et al (2018) membuktikan adanya peningkatan kehadiran sekolah dan pertumbuhan anak yang lebih baik.

"Negara-negara maju sudah melaksanakan program serupa sejak lama. Indonesia tidak boleh ketinggalan," pungkasnya.




(auh/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads