Gunung Raung merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Pulau Jawa yang berdiri megah di kawasan timur Jawa Timur. Gunung dengan ketinggian 3.332 meter di atas permukaan laut ini masuk dalam jajaran Pegunungan Ijen dan membentang di tiga wilayah kabupaten, yaitu Bondowoso, Banyuwangi, dan Jember.
Selain memiliki kaldera kering terdalam di Pulau Jawa, Gunung Raung juga dikenal dengan kisah legenda yang menyelimuti keberadaannya.
Bagi masyarakat sekitar, Gunung Raung tidak hanya sekadar gunung berapi yang indah dan menantang, tetapi juga dipercaya sebagai tempat berdirinya Kerajaan Macan Putih, sebuah kerajaan gaib yang dipimpin oleh Pangeran Tawangulun. Kisah mistis ini diwariskan secara turun-temurun dan hingga kini masih diyakini sebagai bagian dari sejarah budaya masyarakat setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profil Gunung Raung
Gunung Raung terkenal dengan kaldera berdiameter sekitar 2 kilometer dan kedalaman hingga 500 meter, menjadikannya salah satu kaldera terbesar di Indonesia setelah Gunung Tambora.
Dari puncaknya, panorama alam menakjubkan bisa terlihat, bahkan hingga ke Bali Utara saat senja. Selain itu, hutan lebat di sekitarnya menjadi rumah bagi flora dan fauna khas, mulai dari edelweiss, cemara gunung, hingga macan kumbang dan elang Jawa.
Namun, di balik keindahannya, Gunung Raung juga dipenuhi kisah mistis. Hal ini terlihat dari nama pos pendakian yang sarat makna, seperti Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit, hingga Pondok Angin.
Setiap pos menyimpan cerita tersendiri, mulai dari sumur gaib peninggalan pertapa sakti, pasar setan yang ramai di malam tertentu, hingga kisah kematian bangsawan Belanda. Pondok Angin bahkan dipercaya sebagai pintu gerbang menuju Kerajaan Macan Putih.
Asal Usul Kerajaan Macan Putih
Melansir dari perpustakaan digital budaya Indonesia, Kerajaan Macan Putih berdiri setelah letusan besar Gunung Raung pada tahun 1638. Pusat kerajaan ini diyakini berada di kaldera puncak gunung, dipimpin oleh Pangeran Tawangulun, salah satu putra Raja Majapahit yang menghilang saat bertapa di gunung tersebut. Dari situlah legenda kerajaan gaib bermula.
Kerajaan ini digambarkan sebagai pusat kekuatan gaib yang masih berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat sekitar. Misalnya, saat berlangsung upacara pernikahan di Kerajaan Macan Putih, hewan-hewan ternak milik warga desa dipercaya akan mati mendadak. Hewan-hewan itu dianggap sebagai upeti yang dipersembahkan untuk penguasa kerajaan.
Hubungan Kerajaan Macan Putih dengan Nyai Roro Kidul
Kisah mistis Gunung Raung semakin menarik karena masyarakat percaya bahwa Pangeran Tawangulun adalah salah satu suami Nyai Roro Kidul, penguasa laut selatan. Setiap malam Jumat Kliwon, sang ratu diyakini datang dengan kereta kencana emas untuk mengunjungi suaminya. Derap kaki kuda dan suara kereta kencana menurut kepercayaan setempat bisa terdengar jelas di sekitar puncak gunung.
Bagi pendaki atau warga yang kebetulan mendengar suara tersebut, disarankan untuk berpura-pura tidak mendengar. Berdasarkan cerita masyarakat, jika seseorang mencoba memastikan asal suara itu, bunyi kereta akan semakin keras, bahkan bisa menampakkan wujudnya. Bila hal itu terjadi, orang tersebut berisiko terseret masuk ke alam gaib dan dijadikan abdi dalam Kerajaan Macan Putih.
Legenda Kerajaan Macan Putih di Gunung Raung bukan hanya cerita mistis semata, melainkan bagian dari tradisi lisan yang mengajarkan masyarakat untuk menghormati alam dan menjaga kesakralan tempat suci. Kisah ini juga menjadi identitas budaya masyarakat Banyuwangi, Bondowoso, dan sekitarnya, sekaligus daya tarik wisata mistis yang melekat pada Gunung Raung.
Hingga kini, legenda tersebut terus hidup dalam cerita rakyat dan menjadi salah satu alasan mengapa Gunung Raung dianggap sakral. Bagi para pendaki, Gunung Raung tidak hanya menghadirkan panorama alam yang megah, tetapi juga pengalaman spiritual yang penuh misteri.
(ihc/hil)