Sejumlah kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di berbagai daerah. Menko Pangan Zulkifli Hasan atau Zulhas pun angkat bicara terkait hal ini.
Menurut Zulhas, kasus keracunan MBG tidak selalu disebabkan kesalahan pengolahan makanan. Bisa saja dipicu alergi atau ketidakbiasaan penerima MBG saat mengonsumsi bahan tertentu.
"Bukan berarti salah masak kan? Karena memang kitanya belum terbiasa ya," kata Zulhas saat mengunjungi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wonocolo, Surabaya, Kamis (21/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan pengalamannya saat kecil, ketika mengalami diare setelah minum susu. Hal serupa bisa terjadi pada anak-anak penerima MBG karena reaksi tubuh setiap orang berbeda.
"Dulu saya dikasih susu, saya mencret, dulu saya karena masih kecil, kan ada juga bantuan dulu. Kalau saya minum susu mencret gitu karena saya dulu enggak enggak bisa. Jadi minumnya air beras kan," ceritanya.
"Ada yang alergi juga. Kalau saya susu enggak bisa gitu. Ya, kalau saya ya dulu. Tapi kalau air tajin bisa," pungkasnya.
Diketahui, kasus keracunan massal MBG tercatat di sejumlah daerah. Sebanyak 497 siswa di SMPN 3 Wates dan SMP Muhammadiyah 2 Wates, Kulon Progo, DIY keracunan usai menyantap menu MBG pada Kamis (31/7). Lebih dari 200 siswa SMPN 8 Kota Kupang juga keracunan setelah mengonsumsi daging sapi MBG pada Selasa (22/7).
Terbaru, sebanyak 90 siswa di sejumlah SMP di Sleman, DIY, diduga mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG pada Selasa (12/8).
(esw/hil)