Kisah Samsul Pemanjat Pohon Siwalan Bertaruh Nyawa Demi Nafkah Keluarga

Kisah Samsul Pemanjat Pohon Siwalan Bertaruh Nyawa Demi Nafkah Keluarga

Akhmad Zaini Zen - detikJatim
Kamis, 21 Agu 2025 15:45 WIB
Samsul, buruh pemanjat pohon siwalan di Desa Kertagena Laok, Kecamatan Kadur, Pamekasan
Samsul, buruh pemanjat pohon siwalan di Desa Kertagena Laok, Kecamatan Kadur, Pamekasan (Foto: Dok. Istimewa)
Pamekasan -

Aksi nekat seorang warga Kertagena Laok, Kecamatan Kadur, Pamekasan, bernama Samsul (40) menjadi buah bibir di media sosial. Ini karena pekerjaannya sebagai buruh pemanjat pohon siwalan.

Berbeda dengan pemanjat lain, Samsul kerap menggunakan bambu sebagai alat bantu untuk berpindah dari satu pohon ke pohon lain tanpa alat bantuan demi mengambil daun siwalan.

Meski penuh risiko, pekerjaan berbahaya itu tetap dijalani Samsul. Video dirinya saat berpindah antar pohon hanya dengan sebatang kayu menjadi bukti keberanian demi mencari nafkah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau orang minta tolong ambilkan daun, ya saya siap. Kemarin saya naik 22 pohon mulai jam 7 pagi sampai pukul 11 siang," ujar Samsul kepada detikJatim, Kamis (21/8/2025).

ADVERTISEMENT

Dari setiap pohon yang dipanjat, Samsul mendapat upah Rp 7.500 hingga Rp 10 ribu. Dari hasil buruh panjat pohon siwalan ini, ia bisa menghidupi keluarganya, termasuk tiga anaknya yang masih sekolah.

Samsul, buruh pemanjat pohon siwalan di Desa Kertagena Laok, Kecamatan Kadur, PamekasanSamsul, buruh pemanjat pohon siwalan di Desa Kertagena Laok, Kecamatan Kadur, Pamekasan membuat tikar dengan istrinya (Foto: Dok. Istimewa)

Pekerjaan ini kian banyak ia terima lantaran saat ini Madura memasuki musim panen tembakau. Daun siwalan sangat dibutuhkan pedagang untuk dijadikan tikar pembungkus rajangan tembakau.

"Sudah 16 tahun saya kerja begini. Mau bagaimana lagi, ini satu-satunya cara saya bisa menafkahi keluarga," ujar Samsul.

Selain memanjat pohon, Samsul juga menambah penghasilan dengan menganyam daun siwalan menjadi tikar yang dibantu istrinya saat menganyam daun. Dari hasil anyaman itu, ia mendapat setengah dari harga jual.

"Kalau satu tikar laku Rp 60 ribu, saya dapat Rp 30 ribu. Sehari bisa bikin satu tikar, kalau capek ya dua hari," tandas Samsul.




(auh/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads