Mengenal M. Jasin, Pahlawan Nasional yang Memproklamasikan Polisi Istimewa

Mengenal M. Jasin, Pahlawan Nasional yang Memproklamasikan Polisi Istimewa

Mira Rachmalia - detikJatim
Kamis, 21 Agu 2025 06:00 WIB
Monumen Juang Polri M Yasin di Surabaya
Peresmian Patung M. Jasin saat Hari Juang Polri 2025 di Surabaya (Foto : Deny Prastyo/detikJatim)
Surabaya -

Dalam Upacara Hari Juang Polri 2025, akan ada peresmian patung M Jasin langsung oleh Kapolri. Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Dr. H. Moehammad Jasin adalah sosok polisi pejuang yang namanya melekat kuat dalam sejarah bangsa Indonesia. Dengan kepemimpinannya yang tegas, keberanian yang luar biasa, serta dedikasinya terhadap tanah air, M. Jasin dikenang sebagai teladan bagi generasi penerus, baik di lingkungan kepolisian maupun masyarakat luas.

Tidak hanya aktif dalam dunia kepolisian, M. Jasin juga terjun langsung dalam perjuangan melawan penjajah. Ia berperan penting dalam peristiwa-peristiwa bersejarah seperti Pertempuran Surabaya, penumpasan pemberontakan PKI di Madiun, hingga menjaga kedaulatan negara dari berbagai ancaman separatis.

Simak profil M Jasin dirangkum dari halaman Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Latar Belakang dan Pendidikan Awal

M. Jasin lahir pada 9 Juni 1920 di Bau-Bau, Buton, Sulawesi. Ayahnya, Haji Mekah, berasal dari Bone, sementara ibunya, Siti Rugayah, berasal dari Maros. Ia merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. Sejak kecil, Jasin menunjukkan semangat belajar tinggi. Ia memulai pendidikan di Volkschool (Sekolah Rakyat) di Bau-Bau, lalu melanjutkan ke Hollands Inlandsche School (HIS) di Makassar, dan terakhir ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), setingkat sekolah menengah atas pada masa itu.

ADVERTISEMENT

Pada tahun 1941, setelah menamatkan pendidikan, Jasin masuk Sekolah Polisi di Sukabumi, Jawa Barat. Walaupun sempat merasa tidak cocok dan mencoba mengikuti pelatihan penerbangan militer di Bandung, orang tuanya tidak merestui. Akhirnya, ia kembali menekuni pendidikan kepolisian hingga meraih pangkat Hoofd Agent (setingkat bintara). Masa pendudukan Jepang membuat pendidikan polisi lebih diarahkan pada pelatihan militer, sehingga membentuk dasar kepemimpinannya di kemudian hari.

Kiprah dalam Masa Pendudukan dan Revolusi

Karier awal Jasin diwarnai oleh keterlibatannya di Gresik dan Surabaya sebagai instruktur di Sekolah Polisi. Ia melatih Polisi Istimewa dan Seinendan tidak hanya dalam disiplin kepolisian, tetapi juga taktik kemiliteran. Dari sinilah perannya dalam perjuangan kemerdekaan semakin menonjol.

Momen penting terjadi setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada 21 Agustus 1945, Jasin memproklamasikan Polisi Istimewa menjadi Polisi Indonesia. Tindakan ini menegaskan bahwa kepolisian telah bebas dari ikatan Jepang dan berdiri sebagai alat negara yang merdeka. Langkah tersebut menjadi tonggak sejarah dalam perjalanan Kepolisian Republik Indonesia.

Peran dalam Pertempuran Surabaya

Surabaya menjadi salah satu pusat pertempuran sengit setelah proklamasi. Jasin berperan langsung dalam perebutan senjata dari Jepang di gudang Don Bosco dan markas Kempeitai. Dengan keberanian besar, ia memimpin negosiasi hingga berhasil mendapatkan senjata untuk pejuang Indonesia.

Ketika pertempuran 10 November 1945 meletus, Jasin mengumumkan bahwa pasukan Polisi Istimewa telah dimiliterisasi dan ikut bertempur melawan Sekutu. Pasukan yang dipimpinnya turut serta di berbagai front pertempuran. Setelah Surabaya jatuh, Jasin memindahkan markas ke Sidoarjo dan bahkan bergerilya di sekitar Gunung Wilis saat Agresi Militer Belanda berlangsung.

Pendiri Brigade Mobil (Brimob)

Nama M. Jasin tidak dapat dipisahkan dari sejarah Brigade Mobil (Brimob). Pada November 1946, melalui konferensi Djawatan Kepolisian Negara di Purwokerto, ia diangkat sebagai Komandan Mobiele Brigade Besar (MBB) Jawa Timur. Kesatuan ini kemudian berkembang menjadi pasukan Brimob yang kita kenal sekarang, berfungsi ganda sebagai pasukan kepolisian sekaligus pasukan tempur dalam mempertahankan negara.

Di bawah komandonya, Mobrig terlibat dalam berbagai operasi besar, termasuk menumpas pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. Setelah Madiun berhasil direbut kembali, Jasin memimpin operasi pembersihan di Blitar Selatan. Ia juga berperan dalam menghadapi pemberontakan APRA, Darul Islam, hingga PRRI di Sumatera.

Karier Diplomasi dan Politik

Selain di dunia kepolisian, M. Jasin juga aktif dalam bidang diplomasi dan politik. Ia pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Tanzania (1967-1970), anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA), serta pimpinan di berbagai organisasi veteran. Kiprahnya tidak hanya terbatas pada medan pertempuran, tetapi juga dalam menjaga eksistensi negara di forum internasional.

Walaupun sempat mengalami pasang surut karier, termasuk pembuangan politik ke Jerman pada akhir 1950-an, M. Jasin tetap konsisten memperjuangkan integritas kepolisian dan kedaulatan Indonesia.

Anugerah Pahlawan Nasional

Komjen Pol. (Purn) Dr. H. Moehammad Jasin wafat pada 3 Mei 2012 di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Atas jasa-jasanya yang luar biasa, Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden No. 116/TK/Tahun 2015 menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada M. Jasin.

Ia menjadi polisi pertama dalam sejarah Republik Indonesia yang memperoleh gelar tersebut. Penghargaan ini menegaskan perannya sebagai tokoh pejuang, pendiri Brimob, serta sosok polisi teladan yang tidak hanya berjuang di medan tempur, tetapi juga di panggung diplomasi dan kenegaraan.




(irb/ihc)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads