Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya mendapat apresiasi dari nasional dan internasional. Ini karena Kota Surabaya dinilai sukses menjadi pionir dalam menjalankan layanan bus listrik dengan pola Buy The Service (BTS) nasional.
Apresiasi tersebut datang dari lembaga internasional Global Green Growth Institute (GGGI) yang berpusat di Seoul, Korea Selatan. Mereka melakukan kunjungan pada tanggal 30-31 Juli 2025 lalu.
Kedatangan GGGI ke Surabaya tak hanya sendiri namun juga turut serta rombongan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dinas Perhubungan Provinsi Bali, Bappeda Provinsi Bali, hingga PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali yang punya agenda studi banding.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kunjungan mereka secara khusus difokuskan untuk mempelajari bagaimana Surabaya bisa menjadi pionir dalam menjalankan layanan bus listrik yang mampu diminati masyarakat.
Plt Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Trio Wahyu Bowo mengatakan bahwa inovasi transportasi ramah lingkungan ini bukan hanya untuk memenuhi target energi bersih, tetapi juga menjawab kebutuhan masyarakat.
"Bus listrik di Surabaya dihadirkan agar masyarakat mendapatkan layanan transportasi yang aman, nyaman, dan tepat waktu. Ini menjadi komitmen kami dalam mendukung mobilitas hijau," ujar Trio dalam keterangannya, Senin (18/8/2025).
Tidak hanya teknis, fakta di lapangan juga menunjukkan keberhasilan nyata. Data Dishub Surabaya mencatat bahwa load factor pengguna bus listrik kini menembus rata-rata 110 persen per hari. Lonjakan penumpang ini menandakan kepercayaan publik yang semakin tinggi.
"Masyarakat semakin percaya karena bus listrik terbukti tepat waktu, aman, dan nyaman. Bahkan banyak warga meminta penambahan unit serta rute baru," ujar Trio.
Dari paparan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dishub Surabaya, para tamu memperoleh gambaran detail mengenai proses pengadaan hingga pengoperasian bus listrik. Tidak hanya itu, operator pelaksana yaitu PT Yutaka Trans juga memberikan presentasi teknis.
CEO PT Yutaka Trans, Novi Candra Hermawan memaparkan bagaimana perusahaan menjalankan sistem kendali berbasis digital melalui Transport Management System (TMS).
"Dengan TMS, semua data operasional bus listrik bisa dipantau secara real time, termasuk laporan kinerja harian. Hal ini penting agar layanan kepada masyarakat tetap terjaga," jelas Novi.
Novi menambahkan, pada kunjungan hari pertama itu, rombongan tamu diajak meninjau langsung ke Terminal Purabaya. Meski terik matahari cukup menyengat, namun antusiasme rombongan studi banding itu tak surut. Mereka menyaksikan bagaimana bus listrik melakukan proses pengisian daya (charging), perawatan unit, serta standar operasional ketika terjadi kendala di lapangan.
"Jika ada kendala di jalur, kami sudah punya SOP yang jelas yaitu STOP-CALL-WAIT. Prosedur ini wajib dijalankan semua kru," ujar Novi.
Sementara itu, Kepala UPTD, Eni menyebut kenyamanan penumpang semakin terjamin karena jadwal bus bisa diakses langsung melalui aplikasi GoBis.
"Melalui aplikasi GoBis, pengguna bisa mengetahui jadwal kedatangan bus secara online. Ini membuat waktu tunggu di halte jadi lebih efisien," kata Eni.
Dalam sesi penutup, seluruh peserta studi banding menyampaikan apresiasi tinggi. Mereka menilai Surabaya layak dijadikan model pembelajaran dalam penerapan transportasi listrik di daerah lain.
"Surabaya sudah membuktikan bahwa bus listrik bisa berjalan efektif dengan pola Buy The Service. Hal ini bisa menjadi referensi daerah lain," ucap salah satu perwakilan peserta dari Bappenas.
Kehadiran GGGI dan kementerian pusat juga menjadi sinyal bahwa Surabaya berada di jalur yang tepat dalam mendukung agenda nasional transisi energi bersih. Jika pola yang terbukti berhasil di Surabaya bisa diterapkan secara luas, bukan tidak mungkin transportasi publik Indonesia akan beralih penuh menuju era mobilitas hijau.
(dpe/abq)