Tokoh-tokoh Bersejarah di Balik Siaran Kemerdekaan Radio Surabaya

80 Tahun Indonesia Merdeka

Tokoh-tokoh Bersejarah di Balik Siaran Kemerdekaan Radio Surabaya

Katherine Yovita - detikJatim
Jumat, 15 Agu 2025 15:00 WIB
Tanggal 11 September diperingati sebagai Hari Radio Nasional. Di tanggal yang sama Radio Republik Indonesia (RRI) didirikan di tahun 1945.
Melacak Jejak Sejarah Penyiaran Radio di Indonesia. Foto: Antara Foto
Surabaya -

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, radio menjadi media perjuangan yang sangat krusial. Di tengah keterbatasan komunikasi, siaran radio berhasil menyebarkan semangat patriotisme dan kabar proklamasi ke seluruh penjuru negeri, khususnya dari stasiun-stasiun radio di Surabaya.

Di balik siaran heroik yang mengobarkan semangat perlawanan, ada beberapa tokoh penting yang mendedikasikan diri mereka. Dengan keberanian dan keahlian, mereka menjadikan radio sebagai alat perlawanan yang efektif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tokoh Siaran Kemerdekaan

Di tengah keterbatasan komunikasi, radio menjadi media perjuangan yang sangat krusial di masa awal kemerdekaan Indonesia. Melalui siaran radio, kabar proklamasi dan semangat patriotisme berhasil disebarkan ke seluruh penjuru negeri, khususnya dari stasiun-stasiun radio di Surabaya.

Di balik siaran heroik tersebut, ada sejumlah tokoh berani yang berdedikasi. Dengan keahlian dan visi, mereka menjadikan radio sebagai alat perlawanan yang efektif. Berikut lima tokoh sentral yang berperan besar di balik layar dan mikrofon dalam menyiarkan kemerdekaan Indonesia.

ADVERTISEMENT

1. Yusuf Ronodipuro

Yusuf Ronodipuro adalah sosok yang berjasa besar dalam penyiaran proklamasi. Ia membaca naskah proklamasi pada malam 17 Agustus 1945, sekitar pukul 19.00 WIB, yang ia dapatkan dari wartawan senior Syachrudin.

Bersama Soeprapto yang membacakan versi bahasa Inggris, Yusuf menyiarkan berita kemerdekaan ke luar negeri. Aksi heroik ini membuatnya dipenjara dan disiksa Jepang. Namun, setelah bebas, semangatnya tidak padam. Ia menjadi salah satu pendiri Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 September 1945.

2. Adam Malik

Sejak muda, Adam Malik aktif di dunia politik dan jurnalistik. Ia mendirikan Kantor Berita Antara pada 1937, yang menjadi salah satu media pergerakan terdepan. Adam Malik berperan penting dalam penyebaran berita proklamasi.

Dari tempat persembunyiannya, ia mendiktekan naskah proklamasi agar dapat disisipkan dalam siaran berita Domei. Berkat aksinya, kabar proklamasi berhasil tersebar ke seluruh dunia, menjadi kontribusi vital dalam pengakuan kemerdekaan Indonesia.

3. Abdulrahman Saleh

Abdulrahman Saleh adalah seorang dokter, teknisi radio, dan pelopor Angkatan Udara RI. Setelah Jepang menyerah, ia memanfaatkan keahliannya untuk mengoperasikan pemancar radio milik Jepang.

Ia berhasil menyiarkan proklamasi dari Bandung. Meskipun siaran dihentikan Jepang dan beberapa rekannya ditangkap, semangatnya tidak surut. Ia mendirikan pemancar ilegal "Suara Indonesia Merdeka" di Jakarta yang menyiarkan pidato Bung Karno dan Bung Hatta ke dunia internasional.

Abdulrahman Saleh kemudian menjadi Ketua Organisasi RRI pertama. Slogan RRI, "Sekali di udara tetap di udara," diambil dari pidatonya yang mencerminkan semangat perjuangan "Sekali Merdeka Tetap Merdeka".

4. Maladi

Maladi memulai karier radionya sebagai penyiar olahraga. Ia menjadi satu-satunya pribumi yang dipercaya mengepalai stasiun radio Hosokyoku di masa pendudukan Jepang.

Setelah kemerdekaan, ia menginisiasi pertemuan antar-pegiat radio dari berbagai kota untuk mendirikan sebuah organisasi radio, yang kelak menjadi RRI. Maladi menggantikan Abdulrahman Saleh sebagai Kepala RRI Pusat.

Kontribusinya tak berhenti di sana. Maladi mendirikan Lokananta pada 1956, studio rekaman milik negara yang mengabadikan pidato proklamasi dan lagu kebangsaan "Indonesia Raya".

5. Bung Tomo

Bung Tomo adalah tokoh utama yang menggerakkan perlawanan di Surabaya melalui radio. Ia mendirikan Radio Pemberontakan sebagai corong semangat juang dan membentuk Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI).

Pidato-pidatonya yang berapi-api berhasil mengobarkan semangat arek-arek Surabaya untuk melawan Sekutu, menjadikannya simbol perlawanan rakyat. Awalnya, ia berpidato dari studio RRI yang disamarkan sebagai siaran dari Radio Pemberontakan.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads