Kata Pengamat soal Fenomena Kampus Tarik Mahasiswa KKN di Lumajang

Kata Pengamat soal Fenomena Kampus Tarik Mahasiswa KKN di Lumajang

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 12 Agu 2025 17:40 WIB
Lokasi KKN mahasiswa di Lumajang
Lokasi KKN mahasiswa di Lumajang (Foto: Nurhadi Wicaksono/detikJatim)
Surabaya -

Suasana Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Lumajang berubah mencekam usai hilangnya empat motor mahasiswa di lokasi yang seharusnya paling aman. Akibatnya, delapan kampus menarik pulang 1.328 mahasiswanya demi keselamatan.

Sebanyak delapan kampus memulangkan mahasiswanya buntut peristiwa pembobolan kantor desa hingga motor milik mahasiswa digondol maling. Kampus tersebut ialah Universitas Jember (Unej), Universitas Lumajang, Universitas Islam Negeri KH Achmad Shidiq (UIN Khas) Jember, Universitas Islam Jember, STKIP PGRI Lumajang, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Pembangunan, Universitas PGRI Argopuro Jember, dan Politeknik Kesehatan Jember.

Pengamat Pendidikan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Ahmad Hidayatullah PhD turut prihatin dengan peristiwa tersebut. Menurutnya, KKN memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk belajar dari realitas yang dihadapi masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun dengan adanya peristiwa tersebut, setidaknya masyarakat, pemangku kebijakan dan perguruan tinggi dapat menyadari bahwa salah satu persoalan penting yang dihadapi masyarakat adalah keamanan. Artinya keamanan ternyata masih sulit terwujud," kata Dayat sapaan akrabnya kepada detikJatim, Selasa (12/8/2025).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, yang cukup miris ialah selama ini masyarakat menganggap rumah kepala desa tempat aman. Namun, justru motor hilang di rumah tersebut.

"Ini menunjukkan celah besar antara persepsi atau keyakinan dengan realitas masyarakat. Bagi mahasiswa tentu ini bukan hanya kerugian materi, namun bisa menciptakan pengaruh psikologis dan persepsi buruk, bahkan motivasi untuk ikut KKN," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Dayat, perlunya kampus memiliki data tentang lokasi KKN, seperti persoalan masyarakat. Misalnya, pada data lokasi tersebut rentan terhadap kehilangan dan keamanan, maka kampus sudah memiliki antisipasi mengurangi risiko.

Baginya, KKN sebenarnya masih relevan dilakukan, karena mahasiswa bisa belajar persoalan di masyarakat dengan kerja tim. Namun relevansi ini terancam dengan keamanan mahasiswa tidak terjamin.

"Oleh karenanya, perguruan tinggi perlu menentukan lokasi KKN dengan berbasis data persoalan. Sehingga sebelum berangkat KKN, sudah ada pelatihan untuk mitigasi permasalahan termasuk pencurian," jelasnya.

Terkait penarikan mahasiswa KKN, Dayat pikir pemulangan bisa dilakukan jika memang kampus tidak memiliki alternatif pencegahan terhadap kejadian yang sama. Namun, sebetulnya terdapat alternatif lain seandainya mahasiswa tidak dipulangkan.

"Peristiwa ini justru bisa jadi momentum kampus dan mahasiswa untuk bekerja bersama dengan masyarakat untuk memitigasi persoalan keamanan. Misalkan, apa kontribusi pemikiran mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahan keamanan dari pelaku pencurian," urainya.

Pemindahan lokasi juga dianggap bisa menjadi solusi, namun harus sesuai dengan konteks tujuan KKN dan perlu pemahaman mitigasi lebih ketat. Tetapi ia mengingatkan, agar jangan sampai KKN yang bertujuan pembelajaran realitas masyarakat membuat esensinya menurun.

"Karena mahasiswa dipindahkan ke lokasi yang aman dan tidak memiliki permasalahan. Jika demikian maka esensi belajar tidak akan didapatkan. Kewaspadaan kampus tentu perlu berbasis data yang saya sebutkan di awal. Sehingga pembekalan yang diberikan oleh kampus sebelum mahasiswa berangkat KKN menjadi relevan dengan situasi yang ada di lokasi tujuan KKN," pungkasnya.




(esw/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads