Mengenal Bapak Pramuka Indonesia, Ini Fakta-faktanya

Mengenal Bapak Pramuka Indonesia, Ini Fakta-faktanya

Irma Budiarti - detikJatim
Senin, 11 Agu 2025 15:00 WIB
Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Bapak Pramuka Indonesia
Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Bapak Pramuka Indonesia. Foto: dok Arsip Nasional RI
Surabaya -

Pernahkah kamu bertanya-tanya, siapa sosok di balik lahirnya Gerakan Pramuka di Indonesia? Siapa tokoh yang berjasa menyatukan puluhan organisasi kepanduan hingga menjadi satu gerakan besar yang kita kenal sekarang? Jawabannya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Dikenal sebagai seorang raja yang merakyat, pejuang kemerdekaan, dan pemimpin visioner, ia memainkan peran krusial dalam sejarah kepramukaan di Indonesia. Yuk, telusuri lebih dalam fakta-fakta menarik tentang Bapak Pramuka Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari Putra Raja hingga Jadi 'Sultan Henkie'

Lahir dengan nama Gusti Raden Mas Dorojatun di Yogyakarta pada 12 April 1912, ia adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Sejak kecil, Hamengkubuwono IX sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Pendidikan formalnya dimulai di Yogyakarta, kemudian berlanjut ke Semarang dan Bandung.

Dirangkum dari laman Pramuka Smantika, pada tahun 1930-an, ia melanjutkan pendidikan di Belanda, tepatnya di Universitas Leiden. Di sana, ia dikenal dengan julukan "Sultan Henkie". Gelar Sultan Yogyakarta akhirnya ia sandang pada 18 Maret 1940.

ADVERTISEMENT

Namun, ia bukan sekadar sultan biasa. Sejak awal, ia menentang penjajahan Belanda dan menjadi salah satu tokoh penting yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berkat jasanya, Yogyakarta pun mendapat status istimewa yang kita kenal hingga kini.

Peran Penting dalam Lahirnya Gerakan Pramuka

Jauh sebelum kemerdekaan, Hamengkubuwono IX sudah aktif dalam dunia kepanduan. Pengalamannya ini membuat Presiden Soekarno sering berkonsultasi dengannya tentang penyatuan berbagai organisasi kepanduan yang ada di Indonesia saat itu.

Puncaknya pada 9 Maret 1961, ketika dibentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang beranggotakan Hamengkubuwono IX, Prof Prijono, Dr A Azis Saleh, dan Achmadi. Mereka menyusun Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, hingga lahirlah Kepres RI No 238 Tahun 1961 yang secara resmi mendirikan Gerakan Pramuka.

Tanggal 14 Agustus 1961 menjadi hari bersejarah bagi organisasi ini. Puluhan organisasi kepanduan di Indonesia dilebur menjadi satu, membentuk Gerakan Pramuka yang kuat dan solid.

Nama "Pramuka" sendiri diambil dari kata "Poromuko", yang berarti prajurit terdepan dalam peperangan. Namun, nama ini juga merupakan singkatan dari "Praja Muda Karana", yang artinya jiwa muda yang suka berkarya.

Menjadi Ketua Kwartir Nasional dan Diakui Dunia

Setelah Gerakan Pramuka resmi berdiri, Sri Sultan Hamengkubuwono IX ditunjuk sebagai Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) dan Wakil Ketua I Majelis Pembimbing Nasional (Mapinas). Jabatan ini diembannya selama empat periode berturut-turut, dari tahun 1961 hingga 1974.

Selama masa kepemimpinannya, ia berhasil memperkenalkan Tri Satya dan Dasa Dharma yang menjadi janji dan kode etik Pramuka. Dedikasi dan keberhasilannya dalam membangun Gerakan Pramuka tak hanya diakui di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional.

Pada tahun 1973, ia menerima Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement (WOSM). Penghargaan tertinggi ini diberikan sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dalam pengembangan kepramukaan di seluruh dunia.

Fakta Menarik Lainnya tentang Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Di balik perannya sebagai Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah sosok yang jauh lebih kompleks dan menginspirasi. Ia bukan hanya seorang raja, tetapi seorang pejuang, diplomat, pencinta alam, dan seniman. Berikut beberapa fakta menarik lainnya tentang kehidupannya yang luar biasa.

1. Pencinta Alam dan Hobi Olahraga

Tidak hanya dikenal sebagai pemimpin, Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah sosok petualang yang mencintai alam. Ia memiliki ketertarikan mendalam pada pendakian gunung dan berhasil menaklukkan berbagai puncak di Indonesia.

Kecintaannya ini tak berhenti sebagai hobi semata, melainkan juga tercermin dalam upayanya melestarikan lingkungan di wilayah Yogyakarta. Hamengkubuwono IX juga memiliki hobi di bidang olahraga.

Ia aktif dalam berbagai cabang olahraga, termasuk tenis, bulu tangkis, dan sepak bola. Kegemarannya dalam olahraga menjadikannya sosok yang dekat dengan rakyat dan berbagai kalangan di masyarakat.

2. Kolektor Seni

Di sisi lain, ia juga seorang kolektor seni dan budaya. Koleksinya mencakup berbagai artefak berharga seperti keris, batik, dan karya seni rupa, yang tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga bukti kecintaannya pada seni dan kekayaan budaya Indonesia.

3. Peran Besar dalam Pembangunan Yogyakarta

Selama masa kepemimpinannya, ia berperan besar dalam pembangunan Yogyakarta. Beliau menginisiasi modernisasi infrastruktur, termasuk pembangunan jalan, jembatan, dan berbagai fasilitas umum, yang mengubah Yogyakarta menjadi pusat pendidikan dan budaya yang maju.

4. Peran Kunci dalam Kemerdekaan

Dalam perjuangan kemerdekaan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menunjukkan peran heroiknya, salah satunya dalam Pertempuran Ambarawa pada tahun 1945. Kontribusinya dalam mengoordinasikan pasukan dan logistik menjadi faktor kunci kemenangan pasukan Indonesia melawan tentara sekutu.

5. Pendiri UGM

Di bidang pendidikan, jasanya tak kalah besar. Ia memainkan peran vital dalam pendirian Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. Sebagai salah satu universitas tertua dan paling bergengsi, UGM hingga kini terus berkontribusi signifikan pada pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia.

6. Diplomat Ulung

Selain peran-peran tersebut, Hamengkubuwono IX juga dikenal sebagai seorang diplomat ulung. Ia sering kali mewakili Indonesia dalam berbagai konferensi internasional, berperan aktif dalam membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.

Meninggal pada 1 Oktober 1988, Sri Sultan Hamengkubuwono IX meninggalkan warisan yang tak ternilai harganya. Ia bukan hanya seorang pemimpin, tetapi figur inspiratif yang mengajarkan kami tentang pentingnya pengabdian, kepedulian terhadap sesama, dan semangat berkarya bagi bangsa.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads