Gerakan Pramuka tak sekadar identik dengan seragam cokelat, tenda, atau tali-temali. Lebih dari itu, Pramuka hadir sebagai gerakan pendidikan karakter yang menanamkan jiwa kepemimpinan, kemandirian, dan cinta tanah air kepada generasi muda.
Setiap tanggal 14 Agustus, seluruh anggota Pramuka di Indonesia memperingati Hari Pramuka. Peringatan ini sebagai momen bersejarah yang sarat makna kebangsaan dan persatuan.
Di balik penetapan tanggal tersebut, tersimpan perjalanan panjang gerakan kepanduan di Indonesia yang dimulai jauh sebelum kemerdekaan. Bagaimana asal-usul Hari Pramuka 14 Agustus dan apa latar belakang ditetapkannya tanggal itu sebagai tonggak gerakan Pramuka nasional?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sejarah Hari Ikrar Gerakan Pramuka 30 Juli |
Sejarah Hari Pramuka
Dilansir laman Pramuka.go.id, gerakan Pramuka di Indonesia memiliki sejarah panjang yang berawal dari masa Hindia Belanda. Cikal bakalnya dimulai pada 1912 ketika latihan kepanduan di Batavia menjadi bagian dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO).
Dua tahun kemudian, cabang tersebut berdiri sendiri dengan nama Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda. Meski awalnya didominasi keturunan Belanda, pada 1916, muncul organisasi kepanduan bumiputera pertama bentukan Mangkunegara VII di Solo, yakni Javaansche Padvinders Organisatie.
Sejak saat itu, berdiri berbagai organisasi pandu berbasis agama hingga kebangsaan seperti Hizbul Wathan, Nationale Padvinderij, Syarikat Islam Afdeling Pandu, Kepanduan Bangsa Indonesia, dan lain-lain.
Pergerakan kepanduan terus berkembang pesat. Pada Desember 1934, Bapak Pandu Sedunia Lord Baden-Powell berkunjung ke Batavia, Semarang, dan Surabaya. Para pandu Indonesia bahkan ikut serta dalam Jambore Dunia 1937 di Belanda.
Pasca kemerdekaan, Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Surakarta pada 27-29 Desember 1945 membentuk Pandu Rakyat Indonesia sebagai organisasi tunggal. Namun, akibat Agresi Militer Belanda 1948, organisasi ini dilarang di wilayah pendudukan.
Sehingga muncul kembali berbagai perkumpulan baru seperti KPI, PPI, dan KIM. Pada akhirnya, jumlah organisasi kepanduan di Indonesia sempat mencapai ratusan di bawah Persatuan Kepanduan Indonesia (Perkindo), tetapi kurang efektif karena perbedaan golongan.
Guna menyatukan dan memperkuat gerakan kepanduan nasional, Presiden Soekarno bersama Pandu Agung Sri Sultan Hamengku Buwono IX menggagas peleburan seluruh organisasi dalam satu wadah bernama Gerakan Pramuka.
Nama "Pramuka" diresmikan pada 9 Maret 1961 sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka. Kemudian, Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 mempertegas pembentukan Gerakan Pramuka pada 20 Mei 1961. Selanjutnya pada 20 Juli 1961, seluruh organisasi kepanduan menyatakan ikrar bergabung menjadi satu.
Puncaknya, pada 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka resmi diperkenalkan kepada masyarakat melalui upacara di Istana Negara. Presiden Soekarno secara simbolis menyerahkan Panji Gerakan Pramuka kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Ketua pertama Kwartir Nasional.
Sejak saat itu, tanggal 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka, dirayakan setiap tahun oleh seluruh anggota Pramuka Indonesia sebagai momentum lahirnya gerakan pendidikan kepanduan yang bersifat nasional, tunggal, dan terbuka.
(auh/irb)